Moneter dan Fiskal

BI Optimis Inflasi Harga Pangan Turun di Bawah 5%

Jakarta – Inflasi tahunan Agustus 2022 mencapai 4,69% (yoy) di dorong oleh kenaikan harga pangan yang bergejolak, sehingga inflasi pangan bergejolak sebesar 8,93% yoy. Bank Indonesia (BI), berupaya untuk mengendalikan inflasi pangan dengan Gerakan Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di setiap daerah.

“Penyebab inflasi yang pertama adalah karena kenaikan harga-harga pangan yang bergejolak, inflasi harga pangan bergejolak harus turun di bawah maksimum 5% dan itulah gerakan pengendalian inflasi pangan menjadi penting,” ujar Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Pengendalian Inflasi 2022, Rabu, 14 September 2022.

Dia melanjutkan, penyebab inflasi kedua yakni komponen harga yang diatur pemerintah yang tampak mengalami inflasi 6,84% (yoy) pada Agustus 2022. Kemudian dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi, sehingga menimbulkan kenaikan tarif angkutan.

“Kalau kita lihat hampir semua daerah mengalami kenaikan harga inflasi pangan yang bergejolak dan juga kenaikan tarif angkutan. Dengan demikian pengendalian inflasi pangan bergejolak dan inflasi harga diatur pemerintah menjadi kunci supaya kita bisa mensejahterakan rakyat agar tidak menurunkan daya beli,” kata Perry.

Ke depannya, pemerintah harus mengantisipasi dampak rembetan dari kenaikan harga yang akan memicu inflasi lebih tinggi.

“Di berbagai daerah sudah ada bantuan tarif angkutan dan bantuan sosial, agar dampak rembetannya bisa dikendalikan. Sehingga dampak kepada harga-harga yang lain yang mempengaruhi daya beli, agar inflasi inti yang 3% tidak ikut merambat naik,” pungkasnya.

Baca juga: Ini 7 Program Pemerintah Untuk Tekan Inflasi Pangan

Sementara itu, terdapat berbagai tantangan dalam pengendalian inflasi pangan. Yaitu, tingginya supply shocks, kendala produksi dan distribusi, dan isu ketahanan pangan.

“Apakah dengan penggunaan anggaran daerah, Apakah kemudian juga penyaluran bantuan sosial, kerjasama antar daerah dan juga memperkuat sentra-sentra produksi holtikultura dan dilakukan secara bersama-sama, kuncinya adalah sinergi,” imbuhnya. (*) Irawati

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

3 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

3 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

5 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

5 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

6 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

7 hours ago