Jakarta–Pelonggaran moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dari 8% menjadi 7,5% selain mendorong pertumbuhan kredit, juga diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M. Juhro mengungkapkan, penurunan GWM, sudah mempertimbangkan kondisi eksternal dan internal yang juga sejalan dengan stabilitas makroekonomi yang semakin baik sehingga terdapat ruang pelonggaran kebijakan moneter.
Dengan adanya pertimbangan tersebut, bank sentral memutuskan untuk memangkas GWM Primer sebesar 0,5% menjadi 7,5%. Kendati demikian, dia mengaku, masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan kembali GWM Primer dari level tersebut. Menurutnya, BI akan evaluasi kembali dalam kedepannya.
“Kita pertimbangkan. Pokoknya kita hitungannya sementara di situ. Yaa sambil dievaluasi. Berdoa saja semoha masih ada ruang untuk penurunan itu (GWM Primer),” ujar Solikin di Gedung BI, Jakarta, 1 Desember 2015.
Masih adanya ruang penurunan GWM Primer tersebut, kata dia, BI akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan kebijakannya. Hal ini sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama karena kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.
“Sekarangkan kita bermain, apakah kedepan masih ada ketidakpastian ekonomi. Susah jugakan. Jadi bagaimana kita bsa memanfaatkan penurunan itu (GWM Primer). Semua itu ada dalam konteks policy discussion,” tukas Solikin.
Ke depan, BI akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat struktur perekonomian, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga. (*) Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More