Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung
Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengungkapkan dalam 2 tahun terakhir perekonomian dan keuangan global dihadapi dengan ketidakpastian yang tinggi. Hal ini dipicu oleh invasi di berbagai negara maju.
Juda manjelaskan ketidakpastian tersebut diikuti oleh kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada Maret 2022 lalu.
“Alhamdulillah saat ini ketidakpastian tersebut semakin mereda sejalan dengan terus melambatnya inflasi di berbagai negara,” kata Juda dalam Peluncuran Kajian Stabilitas Keuangan No.43, Rabu 2 Oktober 2024.
Baca juga: BI Pangkas Suku Bunga Acuan, Bos Maybank Indonesia Pede Kredit Bisa Tembus 13 Persen di Akhir 2024
Lebih lanjut, di AS inflasi diperkirakan akan mendekati sasaran sebesar 2 persen, di tengah meningkatnya angka pengangguran. Perkembangan ini mendorong penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada September 2024 menjadi 4,75-5,00 persen.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga memangkas suku bunga acuannya (BI Rate) menjadi 6 persen pada September lalu.
“Begitu juga di Eropa. Di Cina juga sudah melakukan berbagai kebijakan stimulus. Konfergensi kebijakan dari negara-negara maju dan negara-negara besar ini yang kemudian menurunkan atau meredakan ketidakpastian kepasaran keuangan global. Dan meningkatkan aliran masuk ke negara-negara emerging termasuk di Indonesia,” ungkapnya.
Baca juga: BI Ungkap 3 Tantangan Besar Hantui Stabilitas Sistem Keuangan
Juda menyebut bahwa perkembangan ini mendorong kondisi stabilitas sistem keuangan di Tanah Air membaik. Sementara, di pasar keuangan, rupiah mengalami penguatan yang membuka ruang penurunan BI Rate.
Di sektor perbankan, kinerja intermediasi juga terjaga dengan pertumbuhan kredit pada Agustus 2024 sebesar 11,4 persen secara tahunan (yoy), seiring dengan permodalan yang tinggi, likuiditas memadai dan risiko kredit yang terkendali.
“Ke depan di balik perkembangan yang positif ini tentu saja kita tidak bisa lengah. Tantangan yang kita hadapi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan terus harus kita respons dan harus kita persiapkan. Termasuk juga momentum pertumbuhan ekonomi yang harus kita jaga,” tandasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More
Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More
Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More
Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More
Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More
Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More