News Update

BI: Kenaikan Batas RIM Dorong Perluasan Pembiayaan Perbankan

Jakarta– Bank Indonesia (BI) berharap, penerbitan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 21/5/PADG/2019 tentang tentang pelonggaran Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) dapat lebih memperluas pembiayaan bagi industri perbankan.

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Linda Maulidina
pada acara BBM (media briefing) mengenai Penyempurnaan Ketentuan RIM dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM). Linda menyebut, masih lambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan menjadi alasan Bank Sentral untuk menaikan batas RIM tersebut.

“Pertumbuhan DPK masih lambat dibanding kreditnya. Namun DPK ini dalam posisi masih tetap menunjang pertumbuhan kredit. Kita juga dorong memperluas pembiayaan, ini yang jadi pemikiran kami untuk perlu menaikan dan longgarkan batas atas bawah RIM,” jelas Linda di Komplek Perkantoran BI Jakarta, Senin 1 April 2019.

Dirinya menambahkan, dengan pelonggaran RIM tersebut, perbankan juga dapat dengan leluasa meningkatkan pembiayaan salah satunya melalui penempatan surat berharga negara.

“Kalau bank sudah merasa optimal maka dengan menaikan atas bawah rasio bank bisa meningkatkan pembiayaannya tidak hanya melalui kredit tapi juga pembiayaan penempatan surat berharga,” tambah Linda.

Sebelumnya, BI telah menerbitkan
PADG Nomor 21/5/PADG/2019 pada Jumat (29/3) yang merupakan tindak lanjut dari keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 21 Maret 2019 untuk memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif. Kebijakan tersebut ditempuh untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan ekonomi, dengan tetap memperhatikan terjaganya stabilitas sistem keuangan.

Substansi pengaturan dalam perubahan ketiga PADG RIM dan PLM yaitu penyesuaian kisaran batas bawah dan batas atas dari target RIM dan target RIM Syariah, dari sebelumnya masing-masing sebesar 80% – 92% menjadi sebesar 84% – 94%.

Ketentuan akan mulai berlaku pada 1 Juli 2019 dan pengenaan sangsi bagi Bank Umum Konvensional yang melanggar kewajiban pemenuhan Giro RIM, Bank Umum Syariah yang melanggar kewajiban pemenuhan Giro RIM Syariah, dan Unit Usaha Syariah yang melanggar kewajiban pemenuhan Giro RIM Syariah dengan kisaran batas bawah dan batas atas dari Target RIM dan Target RIM Syariah mulai berlaku pada 1 Oktober 2019. (*)

Suheriadi

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

5 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

6 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

7 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

8 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

8 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

9 hours ago