Ekonomi dan Bisnis

BI: Indonesia Terlambat Kembangkan Ekonomi Keuangan Syariah

Surabaya – Indonesia saat ini tengah gencar memajukan industri berbasis syariah guna mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Namun, menurut Bank Indonesia (BI), Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim, dianggap terlambat mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah dibandingkan negara lain.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam High Level Discussion: Fastabiqul Khairat Melalui Pesantren Sebagai Salah Satu Rantai Nilai Halal, yang merupakan salah satu rangkaian dari Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) 2018, di Surabaya, Selasa, 11 Desember 2018.

“Mohon maaf harus diakui, secara ekonomi, kita terlambat memajukan ekonomi keuangan syariah. Kita selalu menjadi sasaran impor produk-produk yang berlabel halal,” ujar Perry.

Dia mengungkapkan, seharusnya Indonesia bisa menjadi negara pengekspor industri halal tanpa bergantung dari negara lain. Bahkan, kata Perry, Indonesia kalah dengan negara-negara yang penduduknya mayoritas non muslim seperti Australia, China dan Thailand yang melakukan ekspor industri halal ke Indonesia.

“Produk-produk yang kita pakai, yang kita gunakan, yang kita makan juga, bukan dari produk dari kita sendiri, tapi justru dari negara lain. Kita sudah kalah dengan Australia yang mengekspor daging halal, kita kalah dengan Thailand yang ekspor bumbu-bumbu halal. Kita juga kalah dari China yang impor baju koko,” ujarnya.

Untuk itu, Perry mengingatkan, Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim bisa mengejar ketertinggalan tersebut dengan meningkatkan produksi industri halal, guna mendorong pengembangan ekonomi syariah. Sehingga nantinya, dapat berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional.

“Iniilah yang harus kita kejar bahwa Indonesia tidak boleh lengah yang hanya menjadi negara pemakai, dan bukan negara produksi. Kita harus bisa mendapatkan manfaat dari nilai itu,” ucapnya.

Di sisi lain, lanjut Perry, Bank Sentral sebagai anggota Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dan instansi terkait lainnya terus mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu langkahnya yakni dengan memberdayakan potensi ekonomi di pesantren baik skala kecil hingga besar.

“Untuk itulah kita meluncurkan arah baru ekonomi keuangan syariah. Pemberdayaan pesantren baik kecil hingga besar menjadi rantai ekonomi syariah, baik dibidang makanan, fesyen, maupun pariwisata yang menjadi keunggulan kita. Alhamdulillah ini berkembang pesat. Termasuk perkembangan zakat dan wakaf untuk hal yang produktif,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

12 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

13 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

16 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

17 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

17 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

19 hours ago