Categories: Moneter dan Fiskal

BI Imbau Korporasi Kelola Risiko Berutang

Jakarta–Bank Indonesia (BI) mengimbau agar perusahaan (korporasi) di Indonesia yang memiliki utang luar negeri (ULN) dapat mengelola utangnya dengan berhati-hati terhadap besarnya risiko refinancing.

Imbauan tersebut disampaikan oleh Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di Jakarta, Senin, 14 Desember 2015. Menurutnya, risiko perekonomian global masih dipenuhi dengan ketidakpastian, sehingga korporasi diminta berhati-hati.

“Saya baru pulang dari pertemuan G20, antar-bank sentral, dan IMF tahunan, saya melihat ekonomi global belum pasti dan belum pulih dari krisis,” ujar Agus Marto.

Dia mengungkapkan, ketidakpastian ekonomi global bersumber dari Amerika Serikat (AS) yang kemudian sumber ketidakpastian pindah ke Eropa seperti di Yunani. Bahkan sekarang sumbernya berada di negara berkembang termasuk Indonesia.

“Kondisi di Asia Tenggara tidak sama dibanding negara lain karena tadi ada Brazil, Rusia, Kazakhstan semua lemah karena harga komoditas,” tukasnya.

Oleh sebab itu, masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, maka kata dia, perusahaan yang memiliki ULN berbentuk valuta asing (valas) berpotensi terkena dampak besarnya risiko refinancing.

“Kalau jatuh tempo dalam waktu 3 tahun ke depan mesti hati-hati karena refinancing risk-nya besar. Kadang-kadang dia nggak sesuaikan tingkat bunga. Dia katakan dia perlu pinjaman kembali karena perlu likuiditas,” ucap dia.

Oleh karena itu, dia meminta kepada pelaku usaha yang memilki ULN untuk mengelola ULN-nya dengan baik agar tidak terdampak risiko tersebut.

“Kami ingin sampaikan ada risiko mikro dari default ULN swasta maka BI meminta bapak ibu patuh pada prinsip kehati-hatian yaitu minimum hedging ratio, minimum liquidity ratio dan credit rating. ULN memang diperlukan untuk pembiayaan ekonomi. Data lalu lintas devisa ULN bisa digunakan untuk menyusun statistik,” tambahnya.

Berdasarkan data BI, posisi total ULN Indonesia pada akhir triwulan III-2015 tercatat sebesar US$ 302,4 miliar, turun US$2,1 miliar dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang sebesar US$304,5 miliar.

Dengan penurunan tersebut, pangsa ULN sektor swasta tercatat 55,6% (US$ 168,2 miliar), lebih besar dari pangsa ULN sektor publik sebesar 44,4% (US$ 134,2 miliar). (*) Rezkiana Nisaputra

Paulus Yoga

Recent Posts

Indonesia Privacy Leader Summit 2024: Memastikan Masa Depan Data yang Aman di Era Digital

Jakarta – Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP),… Read More

49 mins ago

Target Ekonomi 8 Persen ‘Dinyinyirin’, Prabowo: Tunggu Tanggal Mainnya!

Jakarta – Presiden terpilih RI Prabowo Subianto mengakui target pertumbuhan ekonomi 8 persen di pemerintahannya… Read More

2 hours ago

Hadiri Festival Literasi Finansial, IFG Life Tegaskan Komitmen Dorong Literasi Keuangan

Jakarta – PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) bersama dengan para stakeholders di sektor keuangan… Read More

3 hours ago

BNI Asset Management Gandeng Bank BTPN Perluas Jaringan Distribusi Reksa Dana

Jakarta - BNI Asset Management (BNI AM) pada hari ini (9/10) mengumumkan kerja sama dengan… Read More

3 hours ago

BI Sebut Penjualan Eceran September Terkontraksi Secara Bulanan, Gegara Ini

Jakarta - Kinerja penjualan eceran pada September 2024 diperkirakan tumbuh melambat secara bulanan dan tahunan.… Read More

4 hours ago

Ingin Berkarier di Perusahaan Top? Gen Z Harus Lakukan Ini

Jakarta - Belakangan, dunia kerja mulai didominasi Generasi Z atau Gen Z. Mereka yang lahir… Read More

4 hours ago