Moneter dan Fiskal

BI Guyur Likuiditas Rp393 Triliun ke Perbankan per Awal Oktober 2025

Poin Penting

  • Bank Indonesia (BI) menyalurkan likuiditas Rp393 triliun melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) hingga awal Oktober 2025.
  • Dana KLM disalurkan ke bank pelat merah, swasta, BPD, dan KCBA, dengan fokus pada sektor pertanian, manufaktur, real estate, pariwisata, dan UMKM.
  • Kebijakan KLM berbasis kinerja akan berlaku 1 Desember 2025, dengan total insentif maksimal 5,5 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat hingga minggu pertama Oktober 2025, total Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang diberikan kepada bank mencapai Rp393 triliun.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, kebijakan makroprudensial terus diperkuat untuk mendorong penurunan suku bunga, peningkatan likuiditas, dan kenaikan pertumbuhan kredit, guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

“Hingga minggu pertama Oktober 2025, total insentif KLM mencapai Rp393 triliun,” kata Perry dalam Konferensi Pers KSSK Triwulan IV, dikutip, Selasa, 4 November 2025.

Baca juga: BI Kucurkan Insentif KLM Rp33,7 Triliun untuk Dukung Pembiayaan Hijau

Perry merinci, insentif tersebut telah disalurkan kepada bank-bank pelat merah sebesar Rp173,6 triliun. Kemudian, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp174,4 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp39,1 triliun, dan kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp5,7 triliun.

Secara sektoral, insentif KLM telah disalurkan ke sektor-sektor prioritas yakni sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, sektor real estate, perumahan rakyat, dan konstruksi, sektor transportasi, pergudangan, pariwisata, ekonomi kreatif, UMKM, ultra mikro, dan sektor hijau.

Kebijakan Baru Efektif Desember 2025

Perry menambahkan, penguatan kebijakan insentif likuiditas makropudensial berbasis kinerja dan berorientasi ke depan akan berlaku efektif mulai 1 Desember 2025.

Kebijakan itu diberikan melalui insentif likuiditas atas komitmen bank dalam menyalurkan kredit/pembiayaan kepada sektor tertentu (lending channel) dan menetapkan suku bunga kredit/pembiayaan sejalan dengan arah suku bunga kebijakan BI (interest rate channel). 

Baca juga: BI Guyur Insentif KLM ke Perbankan Rp370,6 T hingga April 2025, Berikut Rinciannya

Besaran insentif KLM terdiri dari insentif lending channel yakni paling tinggi sebesar 5 persen dari DPK dan insentif interest rate channel yakni paling tinggi sebesar 0,5 persen dari DPK, sehingga total insentif paling tinggi sebesar 5,5 persen dari DPK.

Dukungan ke Sektor Prioritas

Adapun sektor yang memperoleh insentif lending channel meliputi pertanian, industri, dan hilirisasi, jasa (termasuk ekonomi kreatif), konstruksi, real estate, dan perumahan, serta UMKM, koperasi, inklusi dan berkelanjutan.

Perry menjelaskan, besaran insentif lending channel akan mempertimbangkan realisasi pertumbuhan kredit/pembiayaan dibandingkan komitmen pertumbuhan kredit/pembiayaan periode sebelumnya.

“Sementara, besaran insentif interest rate channel didasarkan pada tingkat kecepatan perbankan dalam menyesuaikan suku bunga kredit/pembiayaan baru terhadap suku bunga kebijakan BI,” ungkap Perry. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

Segini Kekayaan Menhut Raja Juli Antoni yang Diminta Mundur Anggota DPR

Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More

5 mins ago

DJP Tunjuk Roblox dan 4 Perusahaan Digital Jadi Pemungut PPN, Ini Rinciannya

Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More

8 mins ago

BEI Tekankan Kolaborasi dan Tanggung Jawab Bersama Bangun Masa Depan Hijau

Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More

1 hour ago

Balikkan Keadaan, Emiten PEHA Kantongi Laba Bersih Rp7,7 M di September 2025

Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More

2 hours ago

Unilever Bakal Tebar Dividen Interim Rp3,30 Triliun, Catat Tanggalnya!

Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More

2 hours ago

Hadapi Disrupsi Global, Dua Isu Ini Menjadi Sorotan dalam IFAC Connect Asia Pacific 2025

Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More

3 hours ago