Jakarta – PT Astra Digital Arta (AstraPay) merespons kebijakan anyar Bank Indonesia (BI) terkait biaya Merchant Discount Rate (MDR) Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebesar 0 persen untuk transaksi hingga Rp500.000 di merchant usaha mikro per 1 Desember 2024.
Chief Marketing Officer AstraPay Reny Futsy Yama mengatakan, pihaknya memyambut baik kebijakan MDR QRIS 0 persen.
“Kita melihatnya di AstraPay mendukung apapun itu regulasi pemerintah. Kita juga melakukan lobby bagaimana supaya kita tetap mendapatkan keuntungan,” katanya di Jakarta, 15 November 2024.
Menurutnya, upaya lobby yang dilakukan setidaknya bisa meng-cover biaya operasional perusahaan. Di lain sisi, AstraPay berharap kepada Bank Indonesia (BI) dapat memberikan insentif bagi pelaku industri untuk menjaga keberlangsungan bisnis.
Baca juga : BI Targetkan Volume Transaksi QRIS Tembus 5,5 Miliar di 2025
“Buat para UMKM pasti senang akan kebijakan ini, tetapi pelaku industri bertanya-tanya karena untuk menyelenggarakan technology invest ini tidak murah. Dan pelaku industri membutuhkan keuntungan agar tetap dapat mendukung kebijakan tersebut, “ jelasnya.
Diketahui, pelaku industri sendiri mencakup lembaga issuer, lembaga acquirer, lembaga switching, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN).
Saat ini, MDR QRIS sebesar 0,3 persen bagi UMKM, dan transaksi lainnya 0,7 persen untuk transaksi di atas Rp100.000. Adapun transaksi di bawah Rp100.000 bebas biaya sejak pandemi.
Namun, mulai Desember nanti, batas bebas biaya bakal dinaikkan menjadi Rp500.000. Hal ini menjadi langkah bijak bagi UMKM di tengah tantangan ekonomi.
Reny menjelaskan, pasar QRIS di Tanah Air cukup besar. Nilainya pun mencapai 50 juta pengguna atau seperlima dari jumlah penduduk Indonesia. Menuruntya, QRIS bagi BI sangat berpotensi berkembang ke depannya.
Baca juga : Tingkatkan Layanan Digital, Bank Banten Hadirkan Fitur Pembayaran QRIS di Jawara Mobile
“QRIS buat BI jadi engine yang utama. Ke depannya itu akan dikembangkan sedemikian rupa karena akan menjadi metode pembayaran yang utama. Di mana, sirkulasi peredaran uang cash berkurang karena biaya cetak uang mahal,” pungkasnya.
Sebagai informasi, BI mencatat transaksi QRIS terus tumbuh pesat sebesar 209,61 persen year on year (yoy) di triwulan III 2024, dengan jumlah pengguna mencapai 53,3 juta dan jumlah merchant 34,23 juta.
Selain itu, volume transaksi BI-FAST tumbuh 61,10 persen yoy mencapai 924,89 juta transaksi. Transaksi digital banking tercatat 5.666,28 juta transaksi atau tumbuh sebesar 34,43 persen yoy, sementara transaksi Uang Elektronik (UE) tumbuh 29,11 persen yoy mencapai 4.001,11 juta transaksi. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan kontribusi terhadap penerimaan negara… Read More
Jakarta - Aplikasi pembayaran digital dari grup Astra, PT Astra Digital Arta (AstraPay) membidik penambahan total pengguna… Read More
Labuan Bajo – PT Askrindo sebagai anggota holding BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi Indonesia Financial… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto memperoleh tanda kehormatan tertinggi, yakni “Grand Cross of the Order… Read More
Jakarta – PT PLN (Persero) telah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pada Kamis (14/11).… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More