Manado – Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tengah masuk dalam fase perbaikan di tiap triwulannya. Namun demikian, fase pemulihan ekonomi nasional masih tergolong lambat, lantaran belum semua sektor terdorong untuk tumbuh positif.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Kepala Divisi Asesmen Makro Ekonomi BI, Fadjar Majardi, di Manado, Jumat, 24 Agustus 2018. Dia mengungkapkan, melambatnya fase pemulihan ekonomi ini telah berlangsung sejak triwulan II 2015 sampai dengan triwulan II 2018.
“Pertumbuhan ekonomi kita sedang dalam ekspansi yang sedang lambat atau disebut i-shape recovery. Jadi, memang perekonomian Indonesia sedang berada dalam fase akselerasi (yang lambat) dan posisi below trend menuju above trend,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, fase pemulihan pertumbuhan ekonomi nasional terlihat dari beberapa indikator. Salah satunya dari indikator keyakinan konsumen yang sudah kembali meningkat. Di mana berdasarkan survei konsumen BI mengindikasikan bahwa optimisme konsumen meningkat di Juni 2018.
Hal tersebut tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2018 sebesar 128,1, lebih tinggi dibandingkan 125,1 pada bulan sebelumnya. Secara triwulanan, rata-rata IKK triwulan II-2018 sebesar 125,2, lebih tinggi dibandingkan dengan 123,4 pada triwulan sebelumnya dan 124,0 pada periode yang sama tahun lalu.
Meningkatnya keyakinan konsumen didorong oleh membaiknya persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan, yang terindikasi dari kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 4,7 poin, didorong oleh peningkatan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama seperti peralatan elektronik dan perabot rumah tangga.
“Keyakinan konsumen sudah kembali lagi. Pendapatan meningkat, keyakinan meningkat, belanja meningkat. Pendapatan petani juga meningkat. Jadi, pendapatan dikelompok tinggi dan rendah meningkat,” ucapnya.
Melambatnya perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada triwulan II-2015 yang mencapai 4,74 persen. Lalu pada triwulan III-2015, ekonomi Indonesia mencapai 4,78 persen, dan di triwulan IV-2015 mencapai 5,15 persen. Sementara, pada triwulan I-2016, realisasi pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 4,94 persen.
Selanjutnya pada triwulan II-2016 ekonomi RI tumbuh lagi hingga 5,21 persen, namun secara signifikan pada triwulan III dan IV anjlok menjadi 5,03 persen dan 4,94 persen. Pada triwulan I-2017 ekonomi Indonesia pun kembali membaik atau tumbuh 5,01 persen.
Akselerasi belanja negara yang diharapkan mampu menjadi stimulus pada triwulan II-2017 pun tak begitu berdampak dan hanya mampu tumbuh sama yakni 5,01 persen. Meski demikian, pada triwulan III dan IV, pertumbuhan ekonomi masing-masing tumbuh 5,01 persen dan 5,06 persen.
Namun pada tahun ini, gairah perekonomian nasional sudah kembali terlihat. Pada triwulan I-2018 ekonomi nasional mampu tumbuh 5,06 persen. Lalu, di triwulan II-2018 perekonomian nasional kembali tunjukkan perbaikan yang signifikan yakni mengalami pertumbuhan hingga 5,27 persen. (*)
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan bakal meresmikan badan pengelola (BP) investasi, Daya Anagata Nusantara… Read More
Flores Timur - Bank Mandiri bergerak cepat menyalurkan bantuan kepada masyarakat Kabupaten Flores Timur yang… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Rabu, 6… Read More
Jakarta – Presiden Prabowo Subianto resmi menghapus utang UMKM di bidang pertanian, peternakan, perkebunan dan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan saat ini masih menunggu hasil hukum kasasi… Read More
Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop), Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT), dan Badan… Read More