Jakarta — Bank Indonesia (BI) menerapkan Indonesia Overnight Index average (IndONIA) untuk mendukung pembentukan suku bunga antarbank yang lebih transparan, sehingga diharapkan imbasnya akan mendukung ongkos perekonomian yang efisien.
IndONIA akan menjadi patokan baru suku bunga pasar uang antarbank, yang dibentuk dari rerata tertimbang suku bunga overnight 102 bank dibagi dengan volume transaksi. Demikian, ke depan pembentukan Jakarta InterBank Offered Rate (JIBOR) bakal mengacu IndONIA sehingga penghitungannya lebih kredibel ketimbang sebelumnya dari kuotasi suku bunga overnight 24 bank kontributor.
“Kami harapkan per Januari 2019 penerapan JIBOR bisa lebih kredibel karena acuannya lebih transparan. Sehingga penetapan suku bunga bank (bisa) lebih transparan,” ujar Yoga Affandi, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI di Jakarta, Selasa (31/7).
Bank sentral akan mulai menerapkan IndONIA per 1 Agustus 2018. Kehadiran IndONIA akan resmi menggantikan JIBOR overnight pada 2 Januari 2019. Demikian, dalam lima bulan ke depan akan menjadi masa transisi penerapannya.
Menurut Yoga, penguatan IndONIA dan JIBOR sebagai benchmark rate pasar uang akan mendorong transaksi derivatif suku bunga. “Pasar derivatif suku bunga yang berkembang dapat mendukung pengembangan pasar modal melalui aktivitas lindung nilai suku bunga,” ucapnya.
Baca juga: BI: Suku Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun 1,55%
Selain itu, penggunaan suku bunga referensi yang transparan dalam berbagai produk keuangan seperti kredit perbankan diharapkan dapat mendorong pengelolaan ekspektasi suku bunga dan eksposur risiko nasabah, serta mendukung peningkatan transmisi kebijakan moneter.
“Ke depan ini harapan turunannya ke masyarakat bisa merasakan transparansi pembentukan suku bunga bank. Jadi nanti ketahuan suku bunga 1 bulan berapa sih? 3 bulan berapa, dst berdasarkan OIS (overnight index swap),” imbuh Yoga.
Saat ini perbankan juga telah diminta regulator untuk mencantumkan atau mempublikasikan suku bunga dasar kredit (SBDK) kepada nasabah atau masyarakat. SBDK terbentuk oleh tiga komponen, yakni overhead cost (biaya operasional), marjin laba dan cost of fund (biaya dana). Sedianya, publikasi dari SBDK ini bisa memudahkan nasabah atau masyarakat untuk melihat tingkat bunga kredit korporasi, kredit ritel dan kredit mikro, serta KPR dan non-KPR di segmen konsumer. Namun, berapa besar tingkat bunga yang diterima masing-masing nasabah atau debitor berbeda-beda tergantung bagaimana bank meihat profil risikonya. Karena pada akhirnya suku bunga yang diterima debitor adalah SBDK ditambah dengan risiko.
Kehadiran IndONIA diyakini BI turut akan meningkatkan transparansi pembentukan suku bunga bank, karena berdasarkan transaksi riil rerata suku bunga overnight seluruh bank yang terjadi di pasar uang antarbank (PUAB). “Kita akan bicara dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) bagaimana JIBOR ini bisa jadi acuan. Kalau ini transparan kan lebih gampang koordinasi untuk pembentukan suku bunga (bank). Jadi benchmark-nya lebih kredibel,” tutur Yoga. (*)
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More