News Update

BI Diprediksi Tahan Posisi Suku Bunga Acuan di Level 5%

Jakarta – Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto, memprediksi BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRRR) di level 5%. Begitupun dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility tetap tidak berubah.

Hal tersebut mengacu pada pertimbangan dari faktor eksternal dimana ada kecenderungan bank-bank sentral (termasuk Fed) menahan suku bunga acuannya lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai target.

“Sepertinya langkah bank-bank sentral menunggu keputusan Fed dan mengikuti arah the Fed yang cenderung menahan diri untuk tidak menurunkan fed fund rate karena perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2% dengan inflasi 1,8% atau mendekati target yang 2%,” kata Ryan di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2020.

Ryan mengatakan, Angka Purchasing Manager Index (PMI) di AS sendiri juga masih di atas ambang normal yang 50, tepatnya sekitar 52-53. Artinya perekonomian AS masih ekspansif.

Jerman dan beberapa negara maju pun dinilainya mampu tumbuh positif di atas 1%. Kesepakatan trade war fase satu, tekanan Brexit yg menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda, memberikan pijakan bagi bank-bank sentral untuk tidak mengubah stance suku bunga acuannya.

Adapun Pertimbangan dari faktor domestik jelasnya arah perkembangan ekonomi domestik masih on the right track, ekonomi mampu tumbuh 5,04% (angka sementara 2019) dengan outlook 5,1-5,3% (2020), inflasi terjaga baik di level 2,72% (2019) dan berkisar 3% (proyeksi 2020), persepsi investor asing masih optimis dengan outlook perekonomian yang tumbuh stabil di kisaran 5% di saat sejumlah negara mengalami koreksi ke bawah, kebijakan moneter dan fiskal dinilai sinkron dan akomodatif (counter cyclical atau dovish) untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi serta kondisi politik dan keamanan dalam negeri relatif stabil.

“Meskipun demikian, tetap masih ada ruang bagi BI untuk kemungkinan menurunkan bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75% di pertemuan RDG BI di bulan-bulan berikutnya. Untuk RDG BI kali ini maupun di waktu-waktu yang akan datang BI juga masih punya kebijakan makroprudensial yang bisa direlaksasi untuk menstimulasi permintaan kredit baik dari sisi supply maupun demand,” tutupnya. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Jawa Sentris di Kuartal III 2024, Segini Kontribusinya

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tetap tumbuh di seluruh wilayah pada kuartal III… Read More

23 mins ago

Sah! Prabowo Lantik Basuki Hadimuljono jadi Kepala Otorita IKN

Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto resmi melantik Basuki Hadimuljono sebagai Kepala Otorita Ibu Kota Negara… Read More

54 mins ago

Lapor Pak Prabowo! Jumlah Pengangguran di RI Tembus 7,47 Juta Orang per Agustus 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2024 mencapai… Read More

59 mins ago

IHSG Sesi I Lanjut Melemah 0,27 Persen ke Level 7.459

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa, 5… Read More

2 hours ago

Grup Modalku Kembali Raih Fasilitas Kredit USD 100 Juta dari HSBC

Jakarta - Grup Modalku, sebagai platform pendanaan digital untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)… Read More

3 hours ago

Bukan Unitlink, Ternyata Produk Ini Penyumbang Premi Terbesar Asuransi Jiwa

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja asuransi komersil berupa akumulasi pendapatan premi di… Read More

3 hours ago