Moneter dan Fiskal

BI Dinilai Perlu Kembali Tahan Suku Bunga di Level 6 Persen, Ini Alasannya

Jakarta – Bank Indonesia (BI) pada hari ini (21/2) kembali akan mengumumkan kebijakan atas suku bunga acuan atau BI rate untuk periode Februari 2024.

Tim Analis Makroekonomi LPEM FEB UI, memandang bahwa BI Rate pada Februari ini masih perlu dipertahankan pada level 6 persen, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang masih mengalami depresiasi 1,69 persen ytd menjadi Rp15.655 per USD per 16 Februari 2024.

“Kami menilai BI sebaiknya mempertahankan BI Rate di level 6 persen, bulan ini untuk menjaga stabilitas nilai tukar,” tulis Tim Analis Makroekonomi LPEM FEB UI dalam risetnya, 21 Februari 2024.

Baca juga: BI Fokus Lakukan Ini Sebelum Turunkan Suku Bunga Acuan

Tim analis, melihat bahwa, usulan untuk BI Rate tetap berada di level 6 persen tersebut, didukung oleh The Fed yang memutuskan untuk menahan kebijakan suku bunganya pada rentang 5,25-5,50 persen, pada pertemun FOMC Januari 2024.

“Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga pada bulan Maret tidak mungkin terjadi kecuali ada jaminan keberlanjutan menuju target inflasi 2 persen,” imbuhnya.

Selain itu, dengan masih adanya sentimen ketidakpastian pemilu yang terjadi di Indonesia saat ini dan keputusan The Fed yang belum memberikan sinyal penurunan suku bunga, Indonesia masih mencatatkan aliran modal masuk. 

Baca juga: Suku Bunga BI Diproyeksi Sudah Dipuncak, Saatnya Berinvestasi di ORI025

“Aliran modal masuk dalam jumlah kecil ke obligasi dan pasar saham tercatat sebesar USD150 juta, didorong oleh arus masuk saham sebesar USD770 juta sementara terdapat arus keluar obligasi sebesar USD230 juta, antara pertengahan Januari hingga pertengahan Februari 2024,” ujar Tim Analis.

Inflasi yang terjaga di level 2,47 persen yoy di Januari 2024 diyakini tidak menjadi tekanan bagi BI Rate. Hanya saja, diperlukan penjagaan bagi perbedaan imbal hasil yang memadai antara obligasi pemerintah Indonesia dan obligasi Amerika Serikat yang sangat penting untuk mencegah arus keluar modal. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

8 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

10 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

11 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

13 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

18 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

19 hours ago