Moneter dan Fiskal

BI Buka-Bukaan 5 Gejolak Global yang Akan Berdampak Negatif ke RI Hingga 2025

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan lima gejolak global yang masih membayangi Indonesia di 2024 hingga 2025. Hal itu dipicu oleh ketegangan geopolitik yang terjadi oleh perang Rusia dan Ukraina, perang dagang China dan Amerika Serikat, serta konflik antara Israel dan Palestina.

“Fragmentasi geopolitik berdampak pada prospek ekonomi global yang akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025,” kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu malam, 29 November 2023.

Baca juga: Waspada! Sri Mulyani: Gejolak Global Bertubi-Tubi, Ekonomi Terus Melemah

Perry menyebutkan yang pertama yakni berasal dari menurunnya pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan hanya mampu tumbuh di kisaran 2,8 persen pada 2024 sebelum meningkat di 2025. 

Kedua, penurunan inflasi yang lambat, meskipun pengetatan moneter agresif diterapkan di negara maju. Menurut Perry baik harga pangan dan global masih akan meningkat, ditambah dengan adanya pengetatan pasar tenaga kerja.

“Inflasi masih di atas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja,” jelas Perry.

Ketiga, tren suku bunga yang masih tinggi dalam jangka waktu yang lama atau higer for longer. Seperti, suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang akan memberi tekanan pada pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca juga: 3 Isu Global Ini Akan Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi RI di 2024

Keempat, dolar AS masih kuat yang mengakibatkan pelemahan atau depresiasi nilai tukar di seluruh dunia, termasuk rupiah. Kelima, cash is the king, dimana pelarian modal dalam jumlah besar dari emerging ke negara maju sebagian besar ke Amerika. Disebabkan tingginya suku bunga dan kuatnya dolar.

“Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Kita perlu waspada dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun,” pungkasnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Balikkan Keadaan, Emiten PEHA Kantongi Laba Bersih Rp7,7 M di September 2025

Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More

28 mins ago

Unilever Bakal Tebar Dividen Interim Rp3,30 Triliun, Catat Tanggalnya!

Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More

34 mins ago

Hadapi Disrupsi Global, Dua Isu Ini Menjadi Sorotan dalam IFAC Connect Asia Pacific 2025

Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More

1 hour ago

BAKN DPR Minta Aturan Larangan KUR bagi ASN Ditinjau Ulang, Ini Alasannya

Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More

2 hours ago

IHSG Sesi I Ditutup Menguat ke 8.655 dan Cetak ATH Baru, Ini Pendorongnya

Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More

3 hours ago

Konsumsi Produk Halal 2026 Diproyeksi Tumbuh 5,88 Persen Jadi USD259,8 Miliar

Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More

4 hours ago