Moneter dan Fiskal

BI Bantah Kenaikan Suku Bunga Sebagai Bentuk Kepanikan

Jakarta Bank Indonesia (BI) menegaskan, kenaikan suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 100 basis poin (bps) selama dua bulan terakhir bukan sebagai bentuk kepanikan menghadapi tekanan rupiah yang semakin merosot.

Hal tersebut ditegaskan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Kompleks BI Jakarta. Perry menjelaskan, kebijakan kenaikan suku bunga tersebut merupakan keputusan yang berdasarkan pada kerangka baku yang telah disusun.

“Kita punya kerja yang sudah baku yang sudah dibangun sejak lama melalui framework. Setiap RDG bulanan, melihat lagi indikator-indikator baru dan indikator berubah cepat, seusai dengan konsentrasi yang akan diupdate dan dikalibrasi stimulasi dan mendebatkan di RDG,” jelas Perry di Kompleks BI Jakarta, Jumat 29 Juni 2018.

Pery menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga tersebut merupakan langkah lanjutan Bank Indonesia untuk secara pre-emptive, front-loading, dan ahead of the curve menjaga daya saing pasar keuangan domestik  terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Bank Indonesia juga meyakini,  sejumlah  kebijakan yang ditempuh  tersebut dapat memperkuat stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah. Perry menambahkan, kedepannya Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian baik domestik maupun global, untuk memperkuat respons bauran kebijakan yang perlu ditempuh.

“Semuanya itu didasarkan kerangka kebijakan yang kita bangun sejak lama termasuk riset yang mendukung dan pembahasan continue dan marathon. Yakinkan keputusan 50 bps itu keputusan yang betul-betul didasarkan kaidah-kaidah tadi,” tambah Perry.

Sebagaimana diketahui, beberapa ekonom berpendapat bahwa kebijakan BI untuk terus menaikan suku bunganya dinilai terlalu panik dalam menghadapi situasi dan tekanan pasar global.

“Jadi efek kenaikan bunga acuan BI pun sangat kecil dampaknya dan lebih temporer. Bahkan kepanikan BI rentan dimanfaatkan oleh spekulan yang memegang posisi beli dolar jangka pendek,” kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara kepada Infobank beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 28-29 Juni 2018 memutuskan menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. Kenaikan tersebut tercatat merupakan kenaikan ketiga kali setelah BI menaikan suku bunga 25 bps pada pertengahan Mei dan akhir Mei 2018 lalu.(*)

Suheriadi

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

1 hour ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

3 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

4 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

6 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

11 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

12 hours ago