Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengaku tidak begitu menghawatirkan adanya pelemahan atau depresiasi nilai tukar rupiah pada hari ini (8/2) yang tercatat dilevel Rp13.624 per dollar Amerika Serikat (AS). Angka tersebut merupakan level terlemah sejak awal 2018.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menjelaskan, pelemahan tersebut terjadi akibat penyesuaian pasar dalam menghadapi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan terjadi pada Maret 2018.
“Menurut kami ini adalah adjustment yang normal tapi kalau kita sekarang berekspektasi Maret kenaikan pertama di 2018, ya berarti volatility yang terjadi di Februari sesuatu yang normal-normal saja,” ujarnya di Jakarta, Kamis 8 Februari 2018.
Baca juga : Sentimen AS Buat Rupiah Bergerak Mendatar
Lebih lanjut Mirza menjelaskan, ekpektasi pasar telah berubah terhadap pergerakan suku bunga Federal Reserve yang diperkirakan akan meningkat sekitar tiga hingga empat kali pada tahun ini.
Dirinya menambahkan, perubahan ekspektasi tersebut terjadi akibat perbaikan ekonomi makro AS, khususnya data ketenagakerjaan, yang disusul kenaikan ekspektasi inflasi dan juga imbal hasil obligasi pemerintah AS.
“Kami lihat karena ekspektasi pasar terhadap ekonomi AS cukup strong, maka ada penyesuaian yang kami lihat normal,” tutup Mirza. (*)
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti perkembangan digitalisasi yang semakin canggih, memudahkan, dan lebih… Read More
Jakarta – Direktur BCA Haryanto Budiman menilai kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Amerika Serikat (AS) 2024 dapat… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 7 November 2024, ditutup ambles… Read More
Jakarta - Unifiber, lini bisnis infrastruktur digital di bawah naungan PT Asianet Media Teknologi (Asianet),… Read More
Jakarta – PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank INA) menjalin kerja sama strategis dengan PT… Read More
Jakarta - Serangan siber bisa datang kapan saja dan di mana saja. Pelaku usaha di… Read More