Moneter dan Fiskal

BI Akui Inflasi Masih jadi Tantangan dalam Proses Pemulihan Ekonomi

Jakarta – Gejolak ekonomi di berbagai negara telah mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama tercermin dari tingkat inflasi yang hampir mencapai 5% di Juli 2022. Dalam hal ini, Bank Indonesia (BI) bersama pemangku kepentingan lainnya, meluncurkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan guna menjaga keterjangkauan harga dari sisi supply.

Gubernur BI (Bank Indonesia) Perry Warjiyo mengatakan, ekonomi dunia menuju stagflasi, suku bunga dan harga-harga sangat tinggi, ditambah dengan geopolitik perang Rusia–Ukraina yang merupakan pemasok energi sebesar 20% untuk Indonesia, ini yang menjadi dampak pada perekonomian nasional.

“Ekonomi kita bisa tumbuh 5,44% karena tingkat konsumsi tinggi setelah ramadhan, tapi ini belum sepenuhnya pulih. Dibandingkan China yang hanya tumbuh 3,3% dan negara-negara lain lebih rendah, ini patut kita syukuri,” ujar Perry Warjiyo, Gubernur BI, di Jakarta, Rabu, 10 Agustus 2022.

Namun, Lanjut Perry, saat ini yang menjadi masalah adalah inflasi yang cukup tinggi. Inflasi pangan menjadi penyumbang terbesar yakni 10,47%.

“Seharusnya inflasi pangan tidak boleh lebih dari 5% atau paling tinggi 6%. Jangan sampai daya beli masyarakat turun karena inflasi, kita harus turunkan paling tinggi 6% kalau bisa 5%, ini bukan hanya masalah ekonomi tapi juga masalah sosial,” tambah Perry.

Dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional, maka diperlukan pengendalian inflasi melalui sinergi dan kolaborasi berbagai pihak, dengan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan. Untuk menekan tingginya inflasi nasional.

Perry juga menekankan, operasi pasar akan terus dilakukam agar harga pangan seperti cabai, bawang, telur, daging dan minyak bisa menurun dan terkendali. “Dipusat sedang dikoordinasikan supaya Bupati, Walikota dan Provinsi bisa menggunakan anggaran daerahnya untuk bisa melakukan operasi pasar,” tegasnya.

Baca juga : Ekonomi RI Masih Aman, Tetap Waspadai Laju Inflasi

Selain itu, dalam pengendalian inflasi pangan, juga harus menggerakan sektor pertanian agar meningkatkan produksi pangan. Karena jika terjadi gejolak, maka yang terpenting adalah menjaga ketahanan pangan.

“Pertanian menjadi sangat penting untuk itu mari kita Gerakan, kita tahu bahwa lahannya terbatas bukan menjadi alasan tapi ada pendekatan baru seperti urban farming dan agri farming dengan berbagai teknologi bisa cepat,” pungkasnya. (*) Irawati

Apriyani

Recent Posts

Ribuan Peserta Ramaikan Lomba Nusantara TNI Fun Run yang Didukung Bank Mandiri

NUSANTARA - Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) menyelenggarakan acara Nusantara TNI Fun Run pada Minggu,… Read More

11 mins ago

Investor Simak! IHSG Pekan Ini Bakal Dipengaruhi 3 Sentimen Berikut

Jakarta - Pada satu pekan terakhir, yakni periode 30 September - 4 Oktober 2024, Indeks… Read More

2 hours ago

Hijra Bank-Kemenparekraf Sepakat Salurkan Pembiayaan Syariah Berbasis HAKI Pertama di Indonesia

Jakarta - Hijra Bank bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sepakat untuk menyalurkan skema pembiayaan syariah… Read More

2 hours ago

Cadangan Devisa RI Turun Tipis jadi USD149,9 Miliar di September 2024

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia menurun tipis. Pada akhir September 2024 cadangan… Read More

3 hours ago

Tanggapi Deflasi 5 Bulan Beruntun, Jokowi Bilang Begini

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya buka suara terkait penurunan deflasi lima bulan beruntun… Read More

4 hours ago

Akun Nasabah Bank of America Sempat Tak Bisa Diakses, Ditemukan 20.266 Layanan Akun Terhenti

Jakarta - Bank of America menyatakan bahwa masalah teknis yang membuat banyak konsumennya kesulitan mengakses… Read More

4 hours ago