Moneter dan Fiskal

Berkat Ini, Nilai Tukar Rupiah Kini Tak Lagi Terdepresiasi

Jakarta – Kepala Badan Kebijkan Fiskal (BKF) kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu mengungkapkan di tengah ketidakpastian global dan tingginya suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) nilai tukar rupiah masih terjaga kuat.

Bahkan, data per 17 November 2023 kurs rupiah sudah kembali terapresiasi sebesar 0,86 persen secara year to date (ytd), dibandingkan dengan depresiasi yang terjadi pada awal tahun 2023.

“Di tengah kondisi yang tidak pasti, kalau kita lihat Indonesia di tahun 2008, dalam hal kurs biasanya langsung tertekan sangat siginifikan, akan tetapi kenaikan suku bunga kebijakan AS sebesar 500 bps dalam posisi yanag sangat cepat, tetapi kurs kita terjaga dengan sangat kuat ini kita sudah dalam kondisi apresiasi bukan depresiasi,” ujar Febrio dalam Bank BTPN Economic Outlook 2024, Rabu 22 November 2023.

Baca juga: Bos BI Pede Nilai Tukar Rupiah Stabil di 2024, Ini Pendorongnya

Febrio menjelaskan, indikator yang penting bagi perbankan adalah suku bunga global dan suku bunga risk free, yang ditunjukkan oleh yield SBN 10 tahun. Pada 2008-2009, bahkan 2011, biasanya spread antara SBN 10 tahun rupiah dan US Treasury 10 tahun (UST) di pasar sekitar 400 bps. Jika dalam kondisi krisis bisa melebar sangat cepat, bahkan SBN Indonesia bisa mencapai di atas 10 persen.

Namun, tambah Febrio, saat ini di tengah ketidakpastian global, di negara berkembang biasanya mengalami depresiasi mata uang, yang disebabkan adanya arus modal balik ke negara maju dikarenakan yield UST yang tinggi. Namun, Indonesia justru mengalami resiliensi spread SBN.

“Di mana emerging economics biasanya mengalami depresiasi karena modal balik ke US, Indonesia justru mengalami resiliensi spread antara 10 tahun SBN kita dengan 10 tahun UST, saat ini berada di 200 bps ini kondisi yang luar biasa,” kata Febrio.

Baca juga: Pemerintah Perlu ‘Garap’ Aturan Baru untuk Jaga Nilai Tukar Rupiah

Hal tersebut, kata Febrio, menunjukkan kepercayaan investor, baik domestik maupun global terhadap kondisi dan stabilitas perekonomian Indonesia. Stabilitas tersebut ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang baik dan inflasi terjaga.

“Sudah jelas ditopang oleh pertumbuhan yang resilien dan inflasi yang kita jaga sangat baik, ini strategi yang akan kami siapkan tentunya dari Kemenku bersama otrotitas moneter akan selalu menjaga stabilitas ekonomi makro, memberikan iklim yang kondusif bagi sektor riil untuk bisa berkembang dengan baik,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

BI Waspadai Dampak Tarif AS, Fokus Jaga Stabilitas Rupiah

Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan terus memonitor perkembangan pasar global dan domestik pasca Presiden… Read More

9 hours ago

Komisi XI Wanti-Wanti Pemerintah Tak Gegabah Tanggapi Tarif Dagang 32 Persen AS

Jakarta - Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menegaskan pemerintah harus berhati-hati dalam menyikapi… Read More

15 hours ago

DPR Desak Pemerintah Dorong Reformasi WTO usai Tarif AS Naik 32 Persen

Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah meminta pemerintah untuk mendorong Organisasi… Read More

15 hours ago

DPR: Indonesia Jangan Jadi Sasaran Barang Buangan Akibat Kebijakan Trump

Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan daftar tarif dasar dan bea… Read More

1 day ago

Ekspor Terancam, Pemerintah Susun Langkah Hadapi Tarif AS

Jakarta - Pemerintah Indonesia segera menyiapkan langkah strategis untuk merespons kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan… Read More

1 day ago

Kadin Dorong Presiden Prabowo Negosiasi Tarif Impor AS dengan Trump

Jakarta – Kadin Indonesia meminta pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS), usai Donald Trump… Read More

2 days ago