Sistem Keuangan RI Makin Inklusif Berkat Pesatnya Evolusi Teknologi Digital

Sistem Keuangan RI Makin Inklusif Berkat Pesatnya Evolusi Teknologi Digital

Jakarta – Tingkat literasi dan inklusivitas keuangan di Indonesia mencatatkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa waktu ini. Tingkat literasi dan inklusivitas keuangan Indonesia dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan sekitar 8%.

Peningkatan ini tak bisa dilepaskan dari pesatnya perkembangan teknologi digital saat ini. Senior Executive Analyst OJK Roberto Akyuwen mengungkapkan, penelitian yang memperlihatkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang penduduknya sangat antusias ketika penduduknya menggunakan produk keuangan yang berbasis digital.

“Kalau kita lihat transformasinya, jadi memang apa yang kita rasakan sekarang bagi generasi semi milenial, dulu kita melihat ATM sebagai sesuatu yang luar biasa saat ini mungkin tidak digunakan sama sekali, segala sesuatunya kita butuhkan yang lebih cepat, murah, aman, dan dapat digunakan dimanapun, dan kapanpun.

Hal ini harus terlihat dari digital banking dewasa ini,” ucapnya, pada webinar Infobank dan Telkomsigma dengan Tema : Transformation In Financial Industry “Shifting Of Service Into Digital Platform In The Era Of New Normal”, di Jakarta.

Dengan demikian, pria yang telah berkarir di OJK sejak tahun 2014 ini menyatakan bahwa lembaga perbankan sudah seharusnya menjadi center of delivery services atau tempat pemenuhan layanan keperluan, yang harus terus selalu catch up dengan cepatnya perkembangan teknologi digital dewasa ini.

“Kalau kita saat ini dalam konteks regulasi mulai belajar banyak, mulai mengadaptasikan regulasi kita untuk mengikuti apa yang terjadi di industri. Sebenarnya kalau kita lihat dari perjalanan waktu, kita relatif tertinggal dan untuk itu kita harus senantiasa belajar dengan cepat, kalau kita masih belajar tentang AI, saat ini sudah berkembang lagi kognitif AI, saat kita masih terpaku pada big data analytics, orang sudah bergeser ke predictive analytics,” tambahnya.

Maka dari itu, ia menekankan pentingnya bersifat luwes, bukan hanya kepada lembaga perbankan, tapi juga kepada lembaga regulator dalam mengeluarkan dan menerapkan regulasinya di lapangan. Roberto lalu memberikan contoh tentang bagaimana bank pembangunan daerah (BPD) di Indonesia bisa agile dalam menghadapi tantangan baru di era yang baru ini.

“Kita memperlukan dukungan kita mempunyai 26 BPD yang hari ini sudah 24 diantaranya sudah memakai SMS banking, Internet banking, belum lagi kalau kita cek reliabilitasnya,” pungkasnya. (*) Steven

Related Posts

News Update

Top News