Ekonomi dan Bisnis

Beri Deadline 1 Bulan, Karyawan Garuda Indonesia Siap Mogok

Jakarta – Kisruh internal di PT Garuda Indonesia belum usai. Serikat Bersama (sekber) Karyawan PT Garuda Indonesia yang terdiri dari Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) memberi tenggat waktu/deadline 1 bulan ke pemerintah untuk membenahi manajemen Garuda Indonesia. Bila permintaan tak digubris, karyawan dan awak kabin akan mogok kerja.

“Kami sebenarnya tidak ingin mogok. Tapi kami lihat ada yang mengancam kelangsungan Garuda. Kami sudah bersurat ke presiden dan menteri. Namun belum ada tanggapan. Kami memberi waktu satu bulan pada pemerintah untuk merespon tuntutan kami. Bila tidak diakomodir, pilihan terakhir mogok kerja akan kami lakukan,” kata Ketua Umum Sekarga, Ahmad Irfan Nasution pada konferensi pers di Pulau Dua Restaurant, Rabu 2 Mei 2018.

Pihak Sekber juga menilai, hasil RUPST Garuda Indonesia yang digelar April 2018 lalu tak merepresentasikan figur-figur terbaik yang bisa membawa Garuda mencatatkan kinerja positif.

Adapun tuntutan Sekber Garuda antara lain, restrukturisasi direksi dari delapan menjadi enam orang saja. Itu sesuai pedoman peraturan penerbangan sipil Republik Indonesia.

Sekber Garuda juga menuntut posisi direksi mengutamakan tenaga profesional di bidang penerbangan yang berasal dari internal Garuda Indonesia.

Ahmad Irfan juga mencontohkan, ada direksi Garuda Indonesia yang tidak memahami aturan di bidangnya. Itu berimbas pada kebijakan yang membuat suasana kerja tidak kondusif. Adapula posisi direksi yang dinilai tidak diperlukan.

“Contoh jabatan direktur kargo. Garuda tidak punya pesawat khusus kargo. Jadi ngapain ada direkturnya. Selama ini posisi itu cukup diisi pejabat setingkat vice president saja,” imbuhnya.

Alasan yang melatari tuntutan Sekber Garuda di antaranya adalah kegagalan manajemen dalam meningkatkan kinerja perseroan. Misalnya perubahan sistem penjadwalan crew yang menyebabkan beberapa penundaan dan pembatalan jadwal terbang. Hal itu berpengaruh pada menurunnya on time performance Garuda Indonesia dari 89,51% pada 2016 menjadi 86,4% di 2017.

Kegagalan direktur marketing dan IT dalam membuat strategi penjualan produk juga disorot. Pun demikian dengan penurunan nilai saham Garuda Indonesia yang pada 25 April 2018 berada di level Rp292 per lembar saham. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Jasa Marga Catat 1,5 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H+1 Natal 2025

Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More

1 hour ago

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

7 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

8 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

8 hours ago

Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Hari Ini Kompak Naik, Cek Rinciannya

Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More

9 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

1 day ago