Jakarta – Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara (Bank Sultra) berhasil mengantongi laba sebesar Rp213,34 miliar di semester I 2024. Raihan laba BPD ini meningkat 18,60 persen year on year (yoy).
Keberhasilan mencatatkan pertumbuhan laba hingga double digit itu tidak lepas dari makin efisiennya operasional Bank Sultra. Bank yang dipimpin Abdul Latif sebagai direktur utama ini berhasil menekan beban bunga dan beban operasionalnya.
Mengutip laporan keuangan yang dirilis pada Jum’at, 2 Agustus 2024, Bank Sultra tercatat membukukan penyaluran kredit sebesar Rp9,07 triliun di paruh pertama 2024, meningkat 5,59 persen dari Rp8,59 triliun di periode sama tahun sebelumnya. Kualitas kredit juga membaik, di mana rasio kredit bermasalah (NPL) bisa ditekan dari 0.32 persen menjadi 0,16 persen per Juni 2024.
Baca juga: Bank BPD DIY Raup Laba Rp154,75 Miliar di Semester I 2024
Sedangkan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) terjadi kenaikan 8,54 persen dari Rp9,48 triliun menjadi Rp10,29 triliun. Struktur DPK didominasi dana murah (CASA) dengan porsi sebesar 58,26 persen terhadap total DPK Bank Sultra.
Meski kredit tumbuh positif, pendapatan bunga bank ini justru tumbuh minus menjadi Rp601,95 miliar, atau turun 20,25 persen secara tahunan. Namun di lain sisi, perseroan berhasil menekan beban bunga hingga turun 41,75 persen, atau menjadi Rp178,66 miliar. Alhasil, pendapatan bunga bersihnya hanya terkoreksi tipis 5,54 persen dari Rp448,10 miliar menjadi Rp423,29 miliar.
Bank Sultra juga tercatat mengalami penurunan beban operasional dan non operasional. Dari sisi operasional, misalnya, beban tenaga kerja berkurang dari Rp168,89 miliar menjadi Rp148,95 miliar. Sementara dari sisi non operasional, terjadi kenaikan signifikan pada pos pendapatan non operasional lainnya yang mencapai Rp619 juta, dari Rp296 juta di periode sama tahun lalu.
Baca juga: Tumbuh 23,39 Persen, Laba Bersih Bank BPD Bali Jadi Rp545,84 Miliar di Semester I 2024
Makin efisiennya operasional bank ini juga tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang terjaga di level 59,51 persen, membaik dibandingkan periode sama tahun lalu di level 60,30 persen.
Rasio BOPO ini pun jauh di bawah rata-rata bank umum, yang berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2024 ada di posisi 79,85 persen. (*) Ari Astriawan
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More
Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Di tengah penurunan kunjungan wisatawan, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) tercatat mampu… Read More