Total penyaluran kredit konsumsi mencapai 27,46% dari total kredit. Bank BUMN menjadi kontributor terbesar penyumbang kredit. Apriyani Kurniasih.
Jakarta–Perlambatan ekonomi harus diakui turut mempengaruhi hampir semua sektor bisnis, tak terkecuali perbankan. Sektor consumer banking yang dulu kencang pun, kini sedikit tersendat. Kendati demikian, konsumer memang selalu memiliki magnet bagi industri keuangan. Buktinya, ditengah melambatnya ekonomi, dan berkurangnya agresifitas perbankan dalam menyalurkan kredit, sektor ini tetap mendapatkan perhatian.
Besarnya potensi pasar konsumer di Indonesia dengan lebih dari 255 juta penduduk merupakan surga bagi consumer business. Apalagi, sektor ini menawarkan margin yang lebih gurih dibandingkan sektor lain. Jumlah penduduk kelas menengah yang mengalami peningkatan, kontan menjadi sasaran empuk perbankan dalam membidik nasabah.
Menurut data Biro Riset Infobank, saat ini di Indonesia ada sekitar 142,5 juta jiwa penduduk usia produktif yang membutuhkan produk-produk consumer banking. Sementara riset Mars menyebutkan, dari 1992 sampai dengan 2015, rata-rata penyaluran kredit konsumen mencapai Rp426 milyar. Titik tertinggi terjadi pada Mei 2015 dengan capaian sebesar Rp1,73 triliun.
Eko B. Supriyanto, Pemimpin Redaksi Majalah Infobank dalam Buku Infobank Outlook 2016; “Consumer dan SME Outlook 2016” mengungkapkan, untuk pasar consumer, yang disasar adalah kelompok dengan penghasilan menengah. “Data McKensey menyebut,ada 53% penduduk perkotaan yang menyumbang 74% dari PDB di mana pasar consumer mencapai US$0,5 triliun yang meliputi consumer service, agriculture and fisheries, resources dan education. Jumlah ini akan terus meningkat, terutama kelas menengah yang saat ini tercatat sekitar 45 juta” imbuhnya.
Disamping potensi yang besar, tingkat utang konsumen di Indonesia juga tidak tergolong tinggi. Apalagi, jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia. Utang rumah tangga berada di kisaran 20% dari Produk Domesik Bruto (PDB). Sementara, di negara lain seperti Korea Selatan dan Malaysia dapat mencapai hingga 80%.
Berdasarkan data Biro Riset Infobank, total penyaluran kredit konsumsi bank umum hingga Agustus 2015 tumbuh sebesar 9,98% menjadi Rp1065,78 triliun dari Rp969,07 triliun pada Agustus 2014. Pangsanya mencapai 27,46% dari total kredit yang disalurkan bank umum. Bank Persero adalah kelompok yang paling kencang menyalurkan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 37,21%, diikuti oleh Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa 33,62% dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) 20,80%.
Di PT Bank Mandiri, Tbk (Bank Mandiri), penyaluran kredit konsumer hingga triwulan ketiga 2015 telah mencapai Rp69,53 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 11,35% jika dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun lalu yang mencapai Rp62,44 triliun. Petumbuhannya merupakan yang tertinggi ketiga setelah kredit mikro yang tumbuh 22,35% dan commercial loan yang tumbuh 16,9%. Sementara, pangsa kredit konsumer mencapai 13,8% terhadap total kredit yang disalurkan Bank Mandiri, dibawah kredit korporasi (37%) dan kredit komersial (29,7%).
Direktur Consumer Banking Bank Mandiri, Hery Gunardi mengatakan, kredit tanpa agunan (KTA) melalui payroll dan kredit kendaraan bermotor (KKB) adalah dua andalan Bank Mandiri karena memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kredit konsumer bank ini. Hingga September 2015, payroll loan tumbuh sebesar 19,15%, sementara KKB tumbuh sebesar 25,4%.
Serupa dengan Bank Mandiri, kredit konsumer juga menjadi salah satu kontributor pertumbuhan kredit di PT Bank Negara Indonesia (BNI). Hingga September 2015, kredit konsumer BNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,4% dari Rp48,80 triliun pada September tahun lalu menjadi Rp54,85 triliun. Pangsa kredit konsumsi di BNI mencapai 17,9% dari total kredit bank ini. Di BNI, penyaluran kredit konsumsi banyak ditopang dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Di PT Bank CIMB Niaga (CIMB Niaga), pangsa penyaluran kredit konsumsi mencapai 28% dari total kredit. Hingga September 2015 kredit konsumsi tercatat tumbuh sebesar 5,4% menjadi Rp51,40 triliun. Personal Loan dan Kartu Kredit adalah dua kredit penopang pertumbuhan Consumer loans di CIMB Niaga.
Tak hanya bank lokal dan yang gencar menyasar kredit konsumsi, tetapi juga bank asing. Kendati ekonomi melambat dan daya beli menurun, Citibank punya strategi jitu mendorong kredit konsumsi sehingga pertumbuhannya mencapai sekitar 40% di akhir September 2015. Kartu Kredit merupaka salah satu lini bisnis yang berkontribusi signifikan dalam mendorong kredit konsumsi di Citibank. Maklumlah, Citibank memang masih menjadi market leader untuk bisnis kartu kredit.
Lauren Sulistiawati, Country Business Manager, Global Consumer Banking mengatakan, bisnis konsumer Citibank berkontribusi sebesar 50% terhadap total bisnis Citibank. “Hingga triwulan ketiga 2015, penyaluran kredit konsumer Citibank Indonesia telah mencapai Rp11 triliun” imbuh dia.
Untuk kartu kredit, Lauren memprediksi posisinya tidak akan jauh berbeda dengan posisi semester I 2015 alias masih pada tren melambat. Kendati demikan, Citibank mencatatkan ada peningkatan untuk permintaan kartu kredit baru hingga mencapai sekitar 4 ribu kartu per bulan, atau naik dari tahun lalu yang 1.000 per bulan. Hal ini menunjukkan bisnis kartu kredit kembali menggeliat , dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan di akhir 2015. Hingga Oktober 2015, kartu yang diterbitkan telah mencapai 40 ribu kartu.
Dengan kondisi ekonomi yang memperlihatkan tanda-tanda pemulihan, bisnis konsumer juga diprediksi akan kembali menggeliat. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Erwin Riyanto mengatakan, kredit konsumsi bakal membaik di akhir tahun ini. Erwin mengacu pada Laporan Survei Perbankan Triwulan III-2015, dimana saldo bersih tertimbang kredit konsumsi menunjukkan perbaikan permintaan. Survey juga menyebutkan, bahwa permintaan kartu kredit dan kredit hunian (KPR) bakal meningkat.
Faktor lain yang juga akan mendorong pertumbuhan kredit konsumsi adalah prediksi akan adanya potensi menurunnya suku bunga. BI memperkirakan suku bunga kredit rupiah pada kuartal keempar 2015 diperkirakan akan menurun. Data BI mencatat, suku bunga kredit konsumsi rupiah berpotensi menurun sebesar 6 bps menjadi 14,64% per tahun. Penurunan suku bunga kredit konsumsi diperkirakan terjadi pada KKB sebesar 18 bps dan KPR serta KPAsebesar 1 bps. Sementara itu, suku bunga kartu kredit dan kredit multiguna masing-masing diperkirakan akan naik sebesar 29 bps dan 8 bps.
Ditengah pesimistis yang dibarengi dengan ekonomi yang diharapkan dapat membaik, kalangan bankir menatap lebih optimis terhadap bisnis konsumer. BNI misalnya, hingga akhir tahun ini memerkirakan kredit konsumsi akan tumbuh sekitar 8%. Perkiraan Bank Mandiri lebih tinggi dengan prediksi pertumbuhan mencapai 13%. Sementara itu, BCA memperkirakan kredit konsumsi bisa tumbuh dikisaran 8%-11%.
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More
Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More
Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More
Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More