Jakarta – Di Jakarta, Polisi mengumumkan penangkapan Ramyadjie Priambodo pada 26 Februari 2019. Pelaku skimming yang merugikan perbankan hingga ratusan juta rupiah itu cukup menghebohkan karena disebut-sebut sebagai keluarga salah satu Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto.
Selain itu Ramyadjie juga diketahui sebagai Bendahara Tunas Indonesia Raya (Tidar) yang merupakan organisasi sayap partai Gerindra. Total dana milik nasabah sebuah bank yang berhasil dibobol Ramyadjie mencapai Rp300 juta.
Di Bali, polisi juga mengungkap skimming yang dilakukan WNA asal Bulgaria, Vassil Kirilov alias Bakarskyida (47). Statusnya sudah tersangka karena membobol ATM senilai Rp50 juta.
Pelaku ditangkap Minggu (17/03) pukul 07.00 Wita. Peristiwa itu bermula dari transaksi mencurigakan Jumat (15/3) pukul 06.25 Wita.
Pengamat IT, Heru Sutadi, mengungkapkan masalah skimming memang masih menjadi ancaman perbankan. Apalagi kejahatan ini sudah melewati batas wilayah kota dan bahkan negara, karena pelakunya sudah mengglobal.
Masalah bisa kian melebar karena kasus skimming bukan hanya terjadi di perkotaan tapi memungkinkan di wilayah yang jauh. Kesadaran masyarakat masih rendah terhadap keamanan mesin ATM-nya.
“Untuk itu pengawasan dari bank harus diperketat. Tapi masalahnya saat ini di mesin ATM banyak tempelan pemberitahuan, cuma belum pasti apakah itu dilakukan oleh pihak bank atau pelaku. Ini juga bisa menjadi masalah baru bagi nasabah,” jelas Heru ketika dihubungi, di Jakarta, Senin, 18 Maret 2019.
Dia mencontohkan, terkadang di banyak mesin ATM banyak tempelan tulisan pemberitahuan untuk menghubungi nomer tertentu jika ada kendala. ”Cuma masalahnya, itu nomor yang pasang pihak perbankan atau pelaku skimming sendiri? Jangan-jangan itu nomor palsu,” kata Heru.
Dengan kondisi itu, dia berharap terjadi transformasi di mesin ATM yang dilakukan bank dengan mengganti mesin ATM yang memiliki chip. Pasalnya, saat ini ATM yang tersebar masih menggunakan ATM lama, tanpa chip. Sehingga mudah dibobol.
Sejauh pihak regulator, seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kata dia, sudah mengatur untuk memasang chip di mesin ATM. Cuma memang hal itu akan menjadi beban tersendiri bagi bank, yang berarti harus mengganti banyak ATM yang lama.
“Tapi itu wajib (menggunakan chip). Dan harus ada percepatan. Sekalipun jika sudah menggunakan chip tidak 100 persen tanpa pembobolan. Namum itu akan mengurangi angka kejahatan skimming,” tegasnya.
Dia sendiri berharap agar pengawasan di mesin ATM diperketat. Termasuk aturan etika seperti lepas helm, masker, dan sejenisnya saat bertransaksi.
”Jangan hanya mengandalkan CCTV saja, karena CCTV itu hanya memantau saja, tapi tidak bisa menangkap. Makanya yang utama itu harus perubahan mesin ATM ke yang ber-chip,” jelasnya.(*)
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 0,48 persen dalam periode perdagangan… Read More
Jakarta - Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich, mengaku optimistis akan masa depan ekonomi ASEAN yang… Read More
Jakarta - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah (RM) terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK), Minggu, 24… Read More
Jakarta - Pemerintah memastikan bahwa kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan tipis dalam sepekan terakhir sebesar 0,48… Read More
Tangerang - PT Mandiri Utama Finance (MUF), anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk terus… Read More