Bali – Pandemi Covid-19 benar-benar memukul perekonomian Bali. Provinsi ini terlalu bergantung pada sektor pariwisata, sehingga saat ada pembatasan mobilitas, sektor pariwisata lumpuh. Ekonomi Bali pun terpuruk. Belajar dari pengalaman tersebut, Pemerintah Provinsi Bali menyusun konsep baru untuk pengembangan perekonomian “Pulau Dewata” ke depan.
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan, sekitar 54% perekonomian Bali dikontribusikan sektor pariwisata. Inilah yang lumpuh total selama lebih dari 2 tahun belakangan. Sektor-sektor lain yang berkontribusi 46% terhadap perekonomian Bali pun turut terdampak. Tidak heran bila pada 2020 lalu ekonomi Bali terkontraksi hingga -9,31% (yoy). Meski masih tumbuh negatif, kondisinya mulai membaik pada 2021 dengan pertumbuhan -2,47%, sejalan dengan membaiknya penanganan pandemi.
Saat ini sektor pariwisata kembali menggeliat. Wayan Koster menyebut pada 18 September 2022 misalnya, kunjungan wisatawan domestik ke Bali mencapai 10.720 orang. Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 11.642 orang.
“Karena pariwisata mulai pulih, otomatis berdampak pada pulihnya ekonomi. Kuartal I-2022 tumbuh 1,46% dan kuartal II-2022 tumbuh 3,04%. Biasanya Bali dalam kondisi normal selalu tumbuh di atas angka pertumbuhan nasional. Baru pertama ini di bawah angka nasional. Saya harap kuartal III dan kuartal IV akan terus membaik,” ujarnya dalam CEO Sharing dan 13th Infobank BPR Awards yang diselenggarakan di The Stones Hotel, Kuta, Badung, Bali, 21 September 2022.
Belajar dari pandemi COVID-19, Wayan Koster mengungkapkan ke depan pengembangan perekonomian Bali akan diarahkan agar lebih seimbang, tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata. Berdasarkan pengalaman historikal, daerah pariwisata sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal. Baik dari faktor keamanan, bencana alam maupun non alam yang tidak bisa dikontrol.
“Ekonomi Bali yang selalu bergantung pada pariwisata menyebabkan ekonomi Bali berkembang kurang maksimal. Itulah sebabnya saya melakukan transformasi ekonomi, untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental ekonomi Bali dengan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal, yang merupakan implementasi visi pembangunan Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui pola pembagunan semesta berencana menuju Bali era baru,” paparnya.
Ke depan, ekonomi Bali diyakini akan mengalami perubahan secara total, tidak lagi hanya bergantung pada 1 sektor, yakni pariwisata, tapi akan menjadi lebih berimbang dengan sektor-sektor lain. Wayan Koster optimis, dengan transformasi ekonomi melalui ekonomi Kerthi Bali yang terdiri dari 6 sektor atau pilar ekonomi, yakni sektor pertanian, kelautan dan perikanan, industri manufaktur dan industri berbasis budaya branding Bali, UMKM dan koperasi, ekonomi kreatif dan digital, serta sektor pariwisata.
“Sektor pariwisata pun berbasis budaya, berkualitas dan bermartabat. Bukan pariwisata yang bisa menimbulkan permasalahan seperti kita alami saat ini. Jadi betul-betul ke depan pariwisata yang kita harapkan bisa membawa kemajuan serta memberikan kebahagian dan kesejahteraan bagi masyarakat Bali,” pungkasnya. (*) Ari Astriawan
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, di tengah persaingan sengit antar pelaku industri pembiayaan, Lembaga… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan tren penguatan pada perdagangan sesi I, Senin,… Read More
Jakarta - Pemerintah memastikan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen akan diberlakukan paling lambat mulai… Read More
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan optimisme terhadap penguatan hubungan antara komunitas… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 0,48 persen dalam periode perdagangan… Read More
Jakarta - Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich, mengaku optimistis akan masa depan ekonomi ASEAN yang… Read More