BEI Targetkan Transaksi Surat Utang di SPPA Capai Rp140 Triliun, Begini Strateginya

Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan bahwa nilai transaksi perdagangan surat utang negara (SUN) melalui Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) akan mencapai Rp140 triliun hingga akhir 2024.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Kepala Divisi Pengembangan Bisnis I BEI, Firza Rizqi Putra, dalam Konferensi Pers BEI, di Jakarta, 19 Januari 2024.

“Kami harapkan untuk tahun 2024 kita bisa mencapai nilai transaksi sebesar Rp140 triliun sampai dengan akhir tahun. Oleh karena itu, kita cukup optimis dengan antusiasme pelaku pasar untuk memanfaatkan SPPA sebagai prefer trading platform untuk perdagangan fixed income,” ucap Firza.

Baca juga: Investor Pasar Modal Diyakini Tumbuh 10 Persen, Ini Sederet Pendorongnya

Firza merinci, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada SPPA hingga 16 Februari 2024 secara ytd mencapai Rp1,3 triliun, dengan total transaksi pada periode yang sama mencapai Rp32 triliun.

Angka tersebut, lanjut Firza, didukung oleh enam instrumen yang diperdagangkan di SPPA oleh para pelaku pasar, di antaranya adalah government bond (FR dan VR), Government Sharia Bond, Government Bill (SPN dan SPNS), Government Retail Bond, Corporate Bond, dan Corporate Retail Bond.

“Jadi kalau kita lihat dari pelaku pasar sudah mulai juga memanfaatkan SPPA sebagai price discovery tidak hanya untuk government bond yang seri FR tapi juga seri sukuk, dan lainnya, termasuk government bill ini terus masuk ke dalam SPPA,” imbuhnya.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menambahkan bahwa untuk mencapai target tersebut, BEI telah menyiapkan beberapa strategi yang di mana untuk jangka pendek, BEI akan melakukan sosialisasi, ataupun diskusi kepada para pengguna dan calon pengguna untuk dapat berpartisipasi dalam SPPA.

Baca juga: BEI Targetkan Investor Pasar Modal Syariah Tembus 1 Juta di 2024, Begini Jurusnya

“Tetapi mungkin hal yang lebih strategis adalah kita akan berdiskusi dengan para pengambil kebijakan tentunya, bagaimana SPPA ini bisa punya peran yang lebih strategis untuk memberikan kenyamanan dan juga kesetaraan dalam hal transaksi dan juga pelaporannya,” ujar Jeffrey dalam kesempatan yang sama.

Sehingga, nantinya SPPA tersebut diharapkan akan menjadi jembatan untuk seluruh transaksi efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) dan ke depannya untuk transaksi Repo. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

9 mins ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

1 hour ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

2 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

3 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

3 hours ago

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI, Bukti Peran Strategis dalam Stabilitas Ekonomi RI

Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More

4 hours ago