Pasar Modal

BEI Luncurkan Dua Indeks Saham Baru, Ini Rinciannya

Jakarta – Awal September 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meluncurkan dua indeks baru, yakni IDX Cyclical Economy 30 dan IDX-Infovesta Multi-Factor 28.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan kehadiran dua indeks tersebut menambah daftar indeks di BEI menjadi total 46 indeks.

“Sejak Juli pertengahan sampai dengan minggu ini, ada dua indeks yang diluncurkan oleh bursa, dengan diluncurkannya dua indeks baru in. Saat ini, total ada 46 indeks yang ada di bursa yang bisa digunakan oleh para stakeholders,” ucap Jeffrey dalam Edukasi Pasar Modal di Jakarta, 13 September 2024.

Jeffrey menjelaskan, terkait dengan Indeks IDX Industrial Cyclical merupakan indeks yang mengukur kinerja dari 30 saham cyclical berdasarkan subsektor dari IDX Industrial Cyclical.

Baca juga: Tren IPO di Dunia Turun, Bos BEI Ungkap Biang Keroknya

“Subsektor tersebut memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar dan tentu didukung dengan fundamental perusahaan yang baik. Kemudian, di dalam indeks ini ada subsektor finansial, consumer non-primer, sampai dengan infrastruktur,” imbuhnya.

Sementara, IDX Infovesta Multi-Factor 28, merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 28 saham, dengan profitabilitas yang relatif tinggi, valuasi harga, dan volatilitas yang rendah, serta didukung dengan likuiditas dan kinerja keuangan yang baik.

“Ada yang khusus dari indeks ini, yaitu tidak hanya melihat dari kapitalisasi pasar untuk pembobotan, tetapi juga menggunakan ukuran volatilitas yang dihitung berdasarkan nilai beta dan ukuran liquidity, yang dihitung berdasarkan nilai market cap free float sebagai indikatornya,” ujar Jeffrey.

Dia menambahkan, alasan BEI meluncurkan kedua indeks tersebut adalah adanya tren peningkatan dari produk investasi pasif dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Permudah Investor Pilih Saham Profit, BEI dan Infovesta Luncurkan IDX-Infovesta Multi-Factor 28

“Ya, kalau kita lihat data tahun 2017, itu ada 23 produk dengan AUM (Asset Under Management) kira-kira Rp5,9 triliun, tapi kalau kita lihat data per Juli 23 produk itu sudah menjadi 70 produk dan AUM yang Rp5,9 triliun itu sudah tumbuh menjadi Rp17 triliun,” tambahnya.

Di sisi lain, ia melihat produk investasi pasif lebih disukai dibandingkan dengan produk investasi aktif, karena lebih efisien, transparan, dan memiliki biaya yang lebih rendah.

“Nah, melihat perkembangan ini, tentu bursa juga harus terus-menerus mengembangkan indeks yang bisa digunakan untuk para manajer investasi yang ujung-ujungnya kita harapkan memberikan keuntungan yang optimal kepada para investor,” tutup Jeffrey. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Harga Emas Antam Menggila! Sekarang Segini per Gramnya

Jakarta -  Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Jumat, 22 November… Read More

41 mins ago

IHSG Berpeluang Melemah, Simak 4 Rekomendasi Saham Berikut

Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More

1 hour ago

Milenial Merapat! Begini Cara Mudah Memiliki Rumah Tanpa Beban Pajak

Jakarta - Pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk mendorong industri perumahan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah… Read More

10 hours ago

Indonesia Dorong Komitmen Pendanaan Iklim yang Lebih Adil di COP29

Jakarta – Indonesia dan negara berkembang lainnya menuntut komitmen lebih jelas terhadap negara maju terkait… Read More

10 hours ago

Kapal Milik PHE OSES Selamatkan 4 Nelayan yang Terombang-Ambing di Laut Lampung Timur

Jakarta – Kapal Anchor Handling Tug and Supply (AHTS) Harrier milik Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE… Read More

11 hours ago

Bos Bangkok Bank Ungkap Alasan di Balik Akuisisi Permata Bank

Bangkok – Indonesia dianggap sebagai pasar yang menarik bagi banyak investor, khususnya di kawasan Asia… Read More

12 hours ago