BEI Bakal Tunda Implementasi Short Selling, Ini Alasannya

Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa implementasi dari produk short selling yang dijadwalkan pada tahun ini kemungkinan akan ditunda. Penyebabnya dipicu oleh dinamika pasar yang dinilai masih bergerak fluktuatif.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan penundaan implementasi short selling dilakukan karena bursa perlu melakukan pertemuan dengan para pelaku pasar modal untuk mendahulukan pembahasan terkait dinamika pasar.

“Jadi kalau nanti dalam diskusi yang mudah-mudahan bisa kita lakukan minggu depan dengan para pelaku dan dalam pertemuan itu disepakati memang kondisi pasar saat ini ada irregularities, maka sangat mungkin layanan short selling akan kita tunda,” ucap Jeffrey dalam pertemuan dengan media di Jakarta, 28 Februari 2025.

Baca juga: BEI Beberkan Biang Kerok Pasar Saham RI Ambrol

Jeffrey juga menjelaskan, implementasi dari short selling ini akan dibagi menjadi dua tahapan dan dijadwalkan pada kuartal II 2025 untuk tahap pertama. Kemudian, tahap kedua akan dilakukan pada tahun berikutnya. Namun, implementasi ini akan tetap menunggu kesiapan dari pada Anggota Bursa (AB).

“Jadi untuk satu tahun pertama, short selling dan intraday short selling itu hanya diperuntukkan bagi investor perorangan domestik. Untuk investor asing dan investor institusi domestik, itu nanti kita evaluasi di tahap kedua,” imbuhnya.

Adapun, saham-saham yang dapat dilakukan short selling dan intraday short selling adalah saham yang memiliki free float besar dan likuiditas hariannya tinggi. Tidak hanya itu, bursa juga akan memberikan batasan jumlah maksimum yang bisa dilakukan short oleh anggota bursa.

Baca juga: Melalui Fitur bluRDN, BCA Digital Mudahkan Nasabah Investasi di Pasar Modal

“Jadi kalau nanti ada tiga atau sembilan anggota bursa yang dapat melakukan short selling, masing-masing anggota bursa itu punya kapasitas maksimum untuk melakukan short selling atas suatu saham secara harian yang rangenya itu antara 0,02 sampai dengan 0,04 persen dari saham yang ada,” ujar Jeffrey.

Dengan begitu, diharapkan tidak akan memberikan tekanan berlebih atau tekanan tambahan kepada indeks, tetapi yang bursa harapkan adalah optimalisasi potensi keuntungan bagi investor. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

10 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

16 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

17 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

18 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

19 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago