Jakarta – Bank Mandiri menilai di tengah tren suku bunga yang tinggi atau higer for longer dan pelemahan nilai tukar rupiah dapat memengaruhi kinerja dari perbankan.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan dalam beberapa waktu terakhir memang terjadi kekhawatiran pasar yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut utamanya dipicu oleh fenomena strong dolar akibat belum adanya kepastian penurunan Fed Funds Rate (FFR), serta dinamika politik dan Pemilu AS, yang berisiko terhadap volatilitas di pasar keuangan global.
Dari sisi domestik, BI Rate dipertahankan pada level 6,25 persen untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Baca juga: Top! Kredit Bank Mandiri Naik 20,5 Persen di Semester I 2024, Tumbuh di Atas Industri
“Selain suku bunga acuan, hal lain yang berdampak pada kinerja perbankan adalah likuiditas di pasar yang memengaruhi pada biaya dana. Di mana pada saat ini tingkat cost of fund (CoF) industri perbankan berada di level rata-rata 2,83 persen meningkat 50 basis poin secara yoy,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam Konferensi Pers, Rabu 31 Juli 2024.
Meski demikian, biaya dana atau CoF Bank Mandiri berhasil dijaga tetap di bawah level industri perbankan, yakni sebesar 2,08 persen di semester I 2024.
Darmawan bilang, dalam menjaga profitabilitas di tengah tantangan tersebut, Bank Mandiri menjaga biaya dana dengan mendorong pertumbuhan CASA transaksional melalui super apss Livin’ dan Kopra.
“Sehingga NIM ( Net Interest Margin) Bank Bandiri sampai dengan semester I 2024 ini pun tetap terjaga berada di level yang optimal,” jelasnya.
Selain itu, untuk mengantisipasi penurunan suku bunga acuan, pihaknya juga akan mengoptimalkan komposisi portfolio agar profitabilitas tetap terjaga, di antaranya dengan mendorong pertumbuhan pada high yield segment.
Dari sisi pertumbuhan, Bank Mandiri tetap melanjutkan strategi yang telah dilakukan, yaitu fokus untuk meningkatkan dominasi di bisnis nasabah wholesale dan tumbuh berdasarkan ekosistem motor penggerak pertumbuhan maupun sektor unggulan di wilayah untuk segmen retail, agar menghasilkan portfolio yang lebih berkualitas.
Sedangkan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), Bank Mandiri fokus menjadi partner financial nasabah dengan menyediakan solusi financial yang komprehensif melalui optimalisasi digital platform yang dimiliki.
“Serta meleverage jaringan Bank Mandiri yang tersebar di seluruh Indonesia dengan hubungan teknologi, sehingga semua services kita bisa diakses di seluruh Indonesia sepanjang memang sudah bisa ada internet connection,” ungkapnya.
Baca juga: Bos BI Ramal Suku Bunga AS Turun Lebih Cepat di November 2024
Adapun, Bank Mandiri memproyeksikan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) dan suku bunga acuan AS atau FFR akan mulai turun di kuartal IV 2024 masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
“Ke depannya, Chief Economist Bank Mandiri memproyeksikan baik untuk FFR dan BI Rate akan turun masing-masing setidaknya 25 basis poin pada kuartal keempat tahun ini,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More