Jakarta – Industri asuransi kesehatan menghadapi peningkatan klaim yang disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu bertambahnya jumlah pemegang polis dan meningkatnya biaya perawatan.
Chief of Health AXA Financial Indonesia (AFI) Yudhistira Dharmawata menjelaskan, masalah ini dipicu oleh dua hal, yakni meningkatnya jumlah orang yang melakukan klaim dan naiknya “ticket size” atau nilai per klaim.
“Bahkan jika jumlah orang yang mengajukan klaim tetap sama, nilai per klaim meningkat. Misalnya, jika 100 orang masing-masing mengajukan klaim sebesar Rp10 juta, totalnya menjadi Rp1 miliar. Namun, jika jumlah klaim meningkat menjadi 120 orang dengan klaim yang sama sebesar Rp10 juta, itu sudah naik 20 persen,” ujar Yudhistira kepada Infobank, Rabu, 25 September 2024.
Untuk mengatasi hal ini, AFI menerapkan strategi pencegahan melalui gaya hidup sehat, yang mereka promosikan melalui aplikasi EMMA. Aplikasi ini memberikan reward kepada nasabah yang menerapkan gaya hidup sehat.
Namun, tantangan yang lebih besar adalah bagaimana mengendalikan biaya per perawatan yang terus meningkat.
Baca juga: Strategi AXA Financial Indonesia Cegah Lonjakan Klaim Kesehatan
“Overtreatment adalah salah satu masalahnya, di mana tindakan medis yang sebenarnya tidak perlu, dilakukan demi keamanan. Solusi kami adalah bekerja sama dengan rumah sakit agar ada transparansi dalam tindakan yang akan dilakukan kepada pasien sebelum tindakan dilakukan,” jelas Yudhistira.
Dengan demikian, AFI dapat mencegah tindakan yang tidak perlu, namun tetap memperbolehkan tindakan yang memang dibutuhkan secara medis.
Inflasi biaya kesehatan juga menjadi faktor besar lainnya. Rata-rata inflasi di industri rumah sakit tercatat sebesar 13 persen, namun ada beberapa rumah sakit yang melaporkan kenaikan biaya hingga 40 persen.
“Nasabah kami cenderung memilih rumah sakit yang dianggap lebih nyaman dan memiliki layanan terbaik, yang kebetulan juga mengalami kenaikan biaya tertinggi. Bagi kami, kenaikan bukan 13 persen, tapi lebih tinggi,” kata Yudhistira.
Untuk mengatasi tantangan ini, AFI telah meluncurkan produk baru yang membedakan cakupan asuransi berdasarkan pilihan rumah sakit.
“Jika nasabah kami memilih rumah sakit yang menjadi mitra preferred AFI, kami akan menanggung 100 persen biaya perawatan. Namun, jika mereka memilih rumah sakit di luar jaringan preferred, kami hanya menanggung 80 persen, dan 20 persen sisanya harus dibayar sendiri,” jelas Yudhistira.
Baca juga: Industri Asuransi Jiwa Bayar Klaim Rp77,67 Triliun Selama Semester I 2024
Pendekatan ini bertujuan untuk mengarahkan nasabah ke rumah sakit preferred AXA, sehingga klaim dapat terkendali dan premi tetap terjangkau.
“Tujuan kami bukan membatasi cakupan, tapi untuk memastikan nasabah mendapatkan perawatan penuh dan sekaligus menekan biaya klaim,” tambahnya.
Dengan mendistribusikan nasabah ke lebih banyak rumah sakit dan memanfaatkan fitur produk baru ini, AXA berupaya menekan peningkatan klaim tanpa mengorbankan kualitas layanan yang diberikan kepada nasabah. (*) Alfi Salima Puteri
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More
Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp158,60… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More