Perbankan

Begini Respons BCA Syariah Soal Kucuran Rp200 Triliun ke Himbara

Poin Penting

  • BCA Syariah tidak mendapat langsung kucuran dana Rp200 triliun dari pemerintah, namun berharap dampaknya bisa menekan biaya dana (cost of fund) bagi bank syariah.
  • Penempatan dana tersebut diperkirakan dapat menurunkan rasio FDR perbankan dari 86 persen menjadi 84 persen, memberi kelonggaran likuiditas sekitar 2 persen.
  • Efektivitas kebijakan ini tetap bergantung pada meningkatnya permintaan pembiayaan agar penyaluran kredit tidak stagnan.

Jakarta –  PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) merespons langkah Kementerian Keuangan mengucurkan dana likuiditas senilai Rp200 triliun kepada bank negara atau Himbara. 

Direktur BCA Syariah Pranata mengatakan, meski tak mendapat kucuran dana segar tersebut dari pemerintah, namun diharapkan bisa memberikan efek berganda terhadap bank-bank syariah, khususnya dalam menekan beban biaya dana (cost of fund).

“Karena kita kan nggak ada yang direct langsung masuk ke kita. Tapi kita pun juga kalau ngobrol-ngobrol dengan teman-teman sesama Asbisindo, yang kita harapkan dengan kucuran dana tersebut akan menekan biaya dana yang kita keluarkan sekarang,” ujarnya, di Jakarta, Kamis, 25 September 2025.

Baca juga : Laba BCA Syariah Rp100 Miliar di Semester I 2025, Tumbuh 12 Persen

Pasalnya, meski Bank Indonesia (BI) telah beberapa kali memangkas suku bunga acuan atau BI Rate, namun biaya dana di masyarakat belum terlihat. 

“Nah itulah harapan kami (tekan biaya dana),” jelas Ata sapaan akrab Pranata.

Menurut hitung-hitungannya, penempatan dana Rp200 triliun itu bisa menurunkan rasio FDR (Financing to Deposit Ratio) dari 86 persen menjadi 84 persen. Kondisi ini bakal memberikan kelonggaran likuiditas bagi perbankan.

“Jadi kisarannya mungkin hampir 2 persen turun dengan adanya Rp200 triliun itu,” kata Ata.

Baca juga : Investasi Syariah Global Makin Mudah, BCA dan BNP Paribas AM Rilis Produk Baru

Meski begitu, kebijakan tersebut perlu diiringi dengan kenaikan permintaan pembiayaan. Sebab, bila permintaan pembiayaan stagnan, bank juga akan kesulitan untuk menyalurkan pembiayaan tersebut

Demand-nya juga harus naik. Karena kalau demand-nya nggak diiringi dengan kenaikan, ini mau dikemanakan kan bingung.

Dirinya berharap, dalam waktu dekat ini biaya deposito khususnya biaya dana ini bisa turun meski tak menyebut target penurunan jumlahnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

10 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

11 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

12 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

13 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

22 hours ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

23 hours ago