Ilustrasi: Suku bunga kredit bank. (Foto: Istimewa)
Poin Penting
Jakarta – Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah memangkas suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen pada September 2025.
Melihat keadaan tersebut, Head of Research and Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan bahwa The Fed masih berpeluang memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali menjelang akhir 2025.
“(Kalau The Fed masih akan tetap turun?) Turun kayaknya Oktober 25 bps, Desember mungkin 25 bps,” ujar Rully kepada media beberapa waktu lalu, dikutip Rabu, 22 Oktober 2025.
Baca juga: The Fed Berpotensi Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya ke Pasar Saham RI?
Sementara itu, Director and Chief Investment Officer-Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Ezra Nazula, menjelaskan bahwa pemangkasan FFR pada September 2025 telah lama diantisipasi oleh pasar. Salah satu pendorongnya adalah melemahnya indikator ketenagakerjaan di AS.
Menurutnya, efek kenaikan tarif yang bersifat sementara serta tekanan pemerintah agar bank sentral lebih tanggap terhadap kondisi ekonomi juga menjadi faktor pemangkasan suku bunga tersebut.
“The Fed meyakini penurunan suku bunga yang lebih agresif akan dapat mendorong aktivitas ekonomi dan memperbaiki sektor ketenagakerjaan, tecermin dari pertumbuhan PDB yang direvisi naik dan tingkat pengangguran direvisi turun,” ujar Ezra dalam kesempatan terpisah.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa saat ini The Fed lebih berfokus pada optimalisasi sektor ketenagakerjaan dibandingkan pengendalian potensi kenaikan inflasi, yang sebelumnya selalu menjadi pertimbangan utama penundaan pemankasan FFR.
Adapun berdasarkan dokumen dot-plot terbaru yang dipublikasikan The Fed, belum ada kesepakatan di antara para pembuat kebijakan terkait besaran pemangkasan FFR, khususnya untuk kuartal IV 2025.
Dari 17 pejabat The Fed yang memiliki hak suara, 9 memproyeksikan kemungkinan 2 kali pemangkasan, sementara 8 lainnya memperkirakan hanya 1 kali. Artinya, pandangan mereka masih cukup seimbang.
Perbedaan ekspektasi sesama pejabat The Fed ini terjadi karena data ekonomi yang divergen. Sepanjang tahun konsumsi menunjukkan ketahanan, namun sektor tenaga kerja terus melemah.
Kemudian, risiko inflasi imbas kenaikan tarif juga masih membayangi, walaupun sejauh ini kenaikannya tergolong terbatas.
Baca juga: BI Diproyeksi Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps Bulan Ini
Terlepas dari perbedaan pendapat dan ekspektasi, MAMI memperkirakan pemangkasan suku bunga ke depan tetap akan data-dependent, bergantung pada perkembangan data inflasi dan ketenagakerjaan. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut akan menjadi kunci arah kebijakan moneter selanjutnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Bank Mandiri membagikan dividen interim sebesar Rp9,3 triliun atau Rp100 per saham, sesuai… Read More
Poin Penting Jumlah investor pasar modal tembus 20 juta SID, naik 34,8 persen dibanding akhir… Read More
Poin Penting Emas Galeri24 dan UBS yang diperdagangkan di Pegadaian kembali menguat pada Jumat, 19… Read More
Poin Penting IHSG dibuka menguat 0,56 persen ke level 8.666,65, dengan mayoritas saham menguat meski… Read More
Poin Penting Rupiah menguat tipis pada pembukaan perdagangan Jumat (19/12/2025) ke level Rp16.714 per dolar… Read More
Poin Penting CGS International Sekuritas memprediksi IHSG hari ini (19/12) bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat,… Read More