Moneter dan Fiskal

Begini Jurus BI Mitigasi Rambatan Global

Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Terutama di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Oleh karena itu, dalam bauran kebijakan BI, kebijakan moneter tetap kami prioritaskan pada stabilitas, yaitu pro-stabilitas,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III di Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024.

Mengenai kebijakan pro-stabilitas, lanjut Perry, prioritasnya adalah menjaga stabilitas terutama dalam melindungi ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global.

“Sehingga fokusnya adalah memitigasi dampak rambatan global termasuk dampak terhadap nilai tukar, dampak terhadap terjadinya arus keluar portfolio asing maupun dampak-dampak yang lain,” jelas Perry.

Baca juga: KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan RI Masih Terjaga di Triwulan II 2024

Lebih jauh dia mengatakan, BI memokuskan rambatan global terkait pada tiga aspek penting yang akan berpengaruh terhadap stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan termasuk stabilitas nilai tukar.

“Satu, arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dibandingkan dengan negara lain yang saya sering sebut, unsynchronice unsynchronize monetary policy,” jelas Perry.  

Yang kedua, kata Perry adalah tingginya utang luar negeri negara maju termasuk AS dan dampaknya terhadap suku bunga global. Terakhir, adalah perkembangan nilai tukar.

Sementara kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta program ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, akan terus diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca juga: Sri Mulyani Ramal  Ekonomi RI Kuartal II 2024 Tumbuh 5 Persen, Ini Pendorongnya

“Sejalan dengan arah bauran kebijakan tersebut, BI mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00 persen pada RDG Mei-Juli 2024,” ujar Perry.

Dia mengklaim, bahwa keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025. (*)

Galih Pratama

Recent Posts

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

1 hour ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

2 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

4 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

9 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

10 hours ago

Donald Trump Isyaratkan Akhiri Konflik Gaza Sebelum Biden Lengser

Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan rencana untuk mengakhiri konflik yang berlangsung… Read More

1 day ago