Perbankan

BCA Sebut Likuiditas Ample di Tengah Penurunan Suku Bunga BI

Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA menyatakan bahwa likuiditas perseroan masih cukup atau ample di tengah penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) sebanyak 25 basis poin (bps) pada pertemuan September, yang terlihat dari loan to deposite ratio (LDR) tercatat di posisi 72,74 persen per Juni 2024.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Direktur BCA, Santoso, usai mengumumkan pemenang hadiah dari Program Gebyar Hadiah BCA di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, 23 September 2024.

“Likuditas sejauh ini tidak ada masalah. Karena BCA secara DPK (dana pihak ketiga) maupun CASA-nya (current account saving account) kan tumbuh terus ya, masih cukup ample,” ucap Santoso.

Baca juga: Gelar Gebyar Hadiah, BCA Bidik Dana Murah Tumbuh 6 Persen di Akhir 2024

Untuk penghimpunan DPK BCA sendiri tumbuh 5 persen year on year (yoy) menjadi Rp1.125 triliun dan dana murah atau CASA mengalami peningkatan sekitar 5,8 persen atau mencapai Rp915 triliun pada semester I 2024.

Menurutnya, tantangan likuiditas saat ini terjadi di industri perbankan yang mengalami pertumbuhan kredit double digit atau sebanyak 12,40 persen yoy menjadi Rp7.515 triliun, sementara untuk DPK masih mengalami pertumbuhan yang melambat sebesar 7,72 persen yoy mencapai Rp8.687 triliun per Juli 2024.

“Jadi saya pikir memang betul kalau perbankan itu kan pertumbuhannya (DPK) single digit. Sementara kreditnya double digit. Karena kalau ini terus-menerus meningkat memang challenge-nya berada di likuditas kan,” imbuhnya.

Baca juga: Dongkrak Kredit, BI Guyur Insentif Likuiditas Rp225 Triliun ke 124 Bank

Oleh karena itu, dalam upaya menjaga likuiditas di industri perbankan masih cukup ample ke depannya, Santoso berharap keadaan bisnis akan terus berjalan positif. Dia juga menyinggung peran pemerintah untuk terus mendorong investor untuk masuk, sehingga dapat mendukung porsi likuiditas.

“Kita harapkan nanti di tahun-tahun berikutnya usaha, begitu bisnis jalan otomatis akan mendatangkan ini ya, likuditas juga. Terutama kenapa kok pemerintah mendorong supaya investor masuk. Itu salah satunya adalah supaya likuditas bisa terbantu. Karena ada fresh money,” ujar Santoso. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Finalisasi KUB dengan Bank Jatim, Bank Banten Optimis Segera Teken Shareholder Agreement

Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) menyakini proses kelompok usaha bank… Read More

25 mins ago

MUFG Bank Cabang Jakarta Raih Laba Rp5,88 Triliun di September 2024, Tumbuh 22,74 Persen

Jakarta – MUFG Bank Cabang Jakarta, berhasil mencatatkan kinerja positif pada kuartal III 2024. Berdasarkan… Read More

37 mins ago

IHSG Sesi I Kembali Ditutup Anjlok 1 Persen Lebih ke Level 7.136

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I, hari ini, 15 November… Read More

1 hour ago

BPS Laporkan Impor Susu RI Naik 7,07 Persen per Oktober 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor susu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 sebesar 257,30… Read More

2 hours ago

Laba BCA Digital Terbang 532,7 Persen per September 2024, Ini Pendorongnya

Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) berhasil mencatatkan kinerja keuangan impresif pada kuartal… Read More

2 hours ago

Kinerja Positif, Seabank Salurkan Kredit Rp50 Triliun Lebih per Kuartal III 2024

Jakarta - PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank kembali mencatat kinerja keuangan yang positif, ditandai… Read More

3 hours ago