Moneter dan Fiskal

Bayangi Stabilitas Inflasi, BI Waspadai Risiko The Fed

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengaku terus mewaspadai risiko inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) yang salah satunya di pengaruhi oleh kebijakan moneter Federal Reserve AS (The Fed). Hal ini guna menjaga stabilitas inflasi yang tengah berada dalam tren penurunan.

“Inflasi 2018 akan kami jaga pada kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen. Kami akan konsisten menjaga pada kisaran sasaran itu, di tengah adanya risiko-risiko global yang terutama dari kebijakan The Fed,” ujar Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Firman Mochtar di Jakarta, Selasa, 30 Januari 2018.

Langkah untuk menjaga inflasi sesuai target 2018, menurut Firman, BI akan meningkatkan koordinasi dengan melalui Tim Pengendalian Inflasi bersama pemerintah pusat maupun daerah. “Bersama Tim Pengendalian Inflasi ini’ kami akan mengawal laju inflasi volatile food di 2018 pada kisaran 4-5 persen,” ucapnya.

Lebih lanjut dirinya memperkirakan, bahwa laju inflasi pada tahun ini akan lebih besar didorong oleh komponen harga pangan bergerak seperti beras, cabai dan bawang merah, ketimbang komponen inflasi harga yang ditentukan pemerintah (administered price).

“Menjaga komponen (volatile food) ini paling penting sekali. Kalau inflasi ini bisa dijaga, maka akan berpengaruh ke komponen inflasi lainnya,” paparnya.

Dirinya meyakini, jika laju inflasi bisa terjaga di kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi 2018 bisa berada di kisaran 5,1-5,5 persen. “Karena, kami memperkirakan pada 2018 ini kurs rupiah juga akan bergerak stabil dan current account deficit bisa terjaga kurang dari 2 persen,” jelasnya.

Namun demikian, upaya BI untuk menekan laju inflasi tetap mengkalkulasi sejumlah realisasi indikator makroekonomi domestik, sehingga pihaknyanya tidak akan secara serta-merta menekan inflasi ke bawah 3 persen. “Level 3 persen (3,6 persen di 2017) ini sudah mendekati inflasi di negara-negara regional,” kata Firman.

Dia menjelaskan, jika inflasi domestik jauh berada di bawah laju inflasi regional, maka kondisi tersebut justru akan mengurangi insentif produksi di dalam negeri. “Target inflasi yang kami turunkan dilakukan secara bertahap dalam upaya menjaga keseimbangan perekonomian,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Airlangga Cerita Soal Retreat di Magelang, Bahas PPN Naik 12 Persen?

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Ailrangga Hartarto bercerita soal wejangan dari Presiden Prabowo Subianto usai pelaksanaan… Read More

7 hours ago

Wamenkeu Anggito Bakal Gali Pajak dari Underground Economy

Jakarta – Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu berencana akan mendorong pendapatan negara melalui pajak dari aktivitas ekonomi… Read More

7 hours ago

DANA Hadirkan Layanan Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM, Begini Caranya

Jakarta – Pelbagai cara dilakukan dompet digital, DANA dalam meningkatkan kapabilitas untuk menjangkau pengguna di… Read More

7 hours ago

BUMA Raih Perpanjangan Kontrak Rp107,8 Triliun dari Bayan Group

Jakarta - PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) sebagai anak usaha utama dari PT Delta… Read More

9 hours ago

KB Bank Terbitkan Obligasi Global Perdana 300 Juta Dolar AS

Jakarta – PT Bank KB Bukopin Tbk atau KB Bank (BBKP) telah resmi menyelesaikan penentuan harga… Read More

10 hours ago

BI Tekankan Keleluasaan Kebijakan Hadapi Ketidakpastian Global

Jakarta - Bank Indonesia (BI) menegaskan perlunya kebijakan dan langkah yang konsisten dalam menghadapi ketidakpastian… Read More

11 hours ago