Jakarta – Keefisienan dan kestabilan pasokan, serta harga menjadikan batu bara masih menjadi pilihan paling rasional untuk energi listrik di Indonesia. Menurut berbagai kalangan, batu bara adalah energi termurah saat ini dan diandalkan di tengah kondisi Indonesia yang memerlukan banyak energi untuk banyak sektor, termasuk kesehatan dan kehidupan keseharian. Kemajuan teknologi juga menjadikan energi fosil ini tak lagi digolongkan sebagai energi kotor.
Ketua Umum Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia-Ikatan Ahli Geologi Indonesia (MGEI-IAGI) Budi Santoso menjelaskan, aspek keefisienan dan ramah lingkungan energi batubara. Dia menyebutkan, murahnya harga energi batu bara disebabkan keberadaannya menyebar di hampir seluruh Indonesia. Dengan demikian, batu bara tidak hanya mudah didapat dan murah, juga stabil pasokannya.
“Sangat rasional kalau kita mengendalikan energi batu bara. Jadi energi batu bara yang disebut energi kotor adalah hoax. Saya jamin karena batu bara indonesia abunya rendah, sulfurnya juga rendah,” ujar Budi seperti dikutip di Jakarta, Rabu, 25 November 2020.
Dia juga menyebutkan, hasil penelitian terhadap besaran biaya listrik, energi batubara masih yang termurah bagi konsumen. Sedang soal dampak lingkungan, MGEI-IAGI menyatakan, bahwa dari hasil penelitian, teknologi pembangkit listrik batu bara sudah bisa menangkap debu dengan ukuran di bawah lima mikron. Bahkan, untuk masalah buangan gas asam, teknologi kini juga sudah melakukan desulfurisasi yang sangat baik. Karenanya, emisi pembangkit tak berbahaya.
“Teknologi modern pembangkit sudah sangat maju. Emisinya secara ketat dikontrol jauh bahkan jauh lebih kecil dari 5 mikron. Padahal, debu-debu di jalan itu antara 5-15 mikron,” urainya.
Ketua Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia, Wiluyo Kusdwiharto, di kesempatan berbeda mengamini. Produksi listrik yang murah akan mendorong penyediaan listrik ke masyarakat, industri, dan bisnis yang kompetitif, serta akan menjadi daya tarik bagi industri. Harga listrik juga menjadi faktor yang menentukan ease of doing business di suatu negara.
Karenanya, untuk menyediakan listrik kepada masyarakat, negara harus memenuhi prinsip kecukupan, keandalan, keberlanjutan, keterjangkauan, dan keadilan. Penggunaan batu bara adalah masih yang paling pas untuk Indonesia dan banyak negara.
Dirinya tak menampik banyak tudingan terhadap PLTU batu bara menghasilkan energi kotor. Tapi itu adalah kondisi dulu. Dia mengingatkan, perkembangan teknologi modern menjadikan PLTU batu bara justru kian efisien ramah lingkungan. Pembangkit kekinian di Tanah Air, sudah mengadopsi teknologi modern ramah lingkungan ini.
Pengamat Energi Ahmad Redi juga mengutarakan opsi rasional ini. Menurut catatan dia, saat ini batu bara masih menjadi bahan baku utama pembangkit listrik dengan persentase sekitar 60%. Di perhitungan keefisienan, penggunaan batu bara menyebabkan konsumen juga bisa memperoleh harga listrik yang terjangkau. (*)
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More