Demand Baterai Data Center Naik, Laba SEMA Tumbuh 478,2%

Demand Baterai Data Center Naik, Laba SEMA Tumbuh 478,2%

Jakarta – Sepanjang 2021, PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) mampu membukukan pertumbuhan laba bersih mencapai 478,2 persen (year-on-year), seiring dengan tren peningkatan permintaan produk baterai, khususnya untuk baterai data center yang sejalan dengan ekspansifnya industri telekomunikasi nasional.

Menurut Direktur Utama SEMA, Rudi Hartono Intan dalam keterangan resmi perseroan yang dilansir di Jakarta, Jumat, 4 Maret 2022, sepanjang tahun lalu jumlah laba bersih SEMA (unaudited) sebesar Rp17 miliar atau mengalami kenaikan signifikan dibanding pada Tahun Buku 2020 yang senilai Rp2,94 miliar.

Dia mengatakan, pertumbuhan laba bersih SEMA untuk periode yang berakhir 31 Desember 2021 tersebut ditopang oleh peningkatan jumlah penjualan perseroan sebesar 117,1 persen (y-o-y) menjadi Rp180 miliar. Sebagaimana diketahui, pada 2020 nilai penjualan emiten anyar di 2022 ini hanya senilai Rp82,89 miliar.

“Realisasi penjualan hingga akhir Desember 2021 sebesar Rp180 miliar. Angka ini melonjak pesat, karena terelasisasinya kontrak kerjasama antara perseroan dengan pihak FiberHome (PT Fiberhome Technologies Indonesia),” ungkap Rudi.

Dia menyebutkan, kontrak kerjasama dengan FiberHome hingga Semester I-2021 memberikan kontribusi terhadap total pendapatan pada periode tersebut sebesar Rp15 miliar. Meski relatif masih kecil, namun kata Rudi, SEMA optimistis bahwa ke depannya permintaan produk baterai, khususnya untuk data center akan terus meningkat seiring dengan semakin ekspansifnya industri telekomunikasi di Indonesia.

Pada kerjasama dengan FiberHome yang diteken pada 19 April 2021 tersebut, lanjut Rudi, kedua belah pihak menyepakati pembangunan atau pembuatan baterai lithium hingga 19 April 2024.

“Perseroan berencana melakukan diversifikasi usaha dengan membuka pasar baru sebagai pendukung industri energi terbarukan. SEMA membidik pasar penyedia energi melalui produksi baterai untuk keperluan data center perusahaan telekomunikasi dan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum),” papar Rudi.

Dengan mengestimasikan biaya investasi pembangunan SPKLU level 2 sebesar USD4.300 dan target kebutuhan SPKLU yang telah diproyeksikan oleh PT PLN (Persero) pada 2021-2025, maka menurut Rudi, terdapat potensi proyek minimum sebesar USD203 juta untuk perusahaan swasta.

Besarnya nilai proyek pembangunan SPKLU ini, Rudi berharap, SEMA dapat memperoleh kontrak Kerjasama dengan PLN, karena sejauh ini perseroan sudah memiliki kesiapan untuk membangun SPKLU di beberapa tempat strategis.

“Untuk mempertahankan pangsa pasar dalam industri panel listrik, baterai dan energi terbarukan, kami akan selalu melakukan usaha-usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dan kualitas produk dengan melakukan inovasi produk, meningkatkan efisiensi proses produksi, serta melakukan survei pasar,” tuturnya.

Baca juga : IATA Ganti Nama Jadi MNC Energy

Rudi menambahkan, pembangunan SPKLU rencananya akan dimulai pada awal 2023. Untuk saat ini, perseroan sedang berupaya mengembangkan produk dengan pembangunan solar panel. Dalam pengembangan solar panel, SEMA akan berpartner dengan perusahaan asal China, Golden Concord Holdings Limited (GCL-Poly).

Dia berharap, proyek solar panel yang akan mulai dibangun pada tahun ini bisa berkontribusi terhadap perolehan pendapatan SEMA hingga Rp20 miliar. “Kami baru mau kerjasama menjadi distributor salah satu merk terlebih dahulu dan sekalian rencana mau assembling lokal. Nanti kami akan bikin merk sendiri,” ujarnya.

Terkait dengan rencana pembangunan SPKLU, menurut Rudi, SEMA akan mencari product engineering dan kemudian diuji sampel untuk mendapatkan sertifikasi sebelum membangun lebih banyak.

Untuk sementara ini, nilai belanja modal (capex) SPKLU masih dalam tahap pendalaman, karena perseroan masih fokus mengembangkan panel surya di 2022. “Tahun ini kami masih mengandalkan panel dan baterai. Untuk panel box, kami memproduksi sendiri,” imbuhnya. (*)

Related Posts

News Update

Top News