Moneter dan Fiskal

Bappenas Patok Pertumbuhan Ekonomi 2020-2024 Cenderung Pesimis

Jakarta – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional untuk tahun 2020-2024 lebih realistis yakni dikisaran 5,4-6 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perencanaan pertumbuhan ekonomi periode 2015-2019 yang dipatok hingga 5,8-8 persen.

Kepala Bappenas/Menteri PPN Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Rabu, 5 Desember 2018 mengatakan, penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sangat mempertimbangkan kondisi perekonomian global. Untuk itu, pemerintah tidak ingin terlalu ambisius dalam menyusun asumsi makro perekonomian.

“Sekarang ini kita coba membuat yang lebih rasional dengan memperhitungkan kondisi terkini. Karena kondisi global juga bisa berubah,” ujarnya.

Menurutnya, target pertumbuhan 5,4-6 persen tersebut masih dalam pembahasan Bappenas dan Kemnterian maupun Lembaga pemerintah terkait lainnya. Target bisa saja berubah, sebelum RPJMN 2020-2024 disahkan. Target pertumbuhan 5,4-6 persen pada 2020 itu juga sudah menimbang reformasi struktural perekonomian yang masih berjalan saat ini, seperti industrialisasi.

“Kita menghitung potensial pertumbuhan yang bisa terjadi pada periode itu. Jadi 5,4-6 persen. Itu skenario pesimistis 5,4 persen, kemudian optimistis 6,0 persen,” papar Bambang.

Dengan target pertumbuhan 5,4-6 persen untuk tahun 2020-2024 itu, maka pertumbuhan industri pengolahan atau manufaktur perlu mencapai kisaran 5,4-7,05 persen. Di mana, industri pengolahan telah meyumbang komposisi hingga 20 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini. Namun kontribusi industri manufaktur itu masih dianggap minim.

Semestinya, kata Bambang, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB dapat mencapai minimal 27 persen seperti yang terjadi dua dekade lalu atau era awal 1990-an. Bappenas ingin mengembalikan era kejayaan industri manufaktur mengingat Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alam. Namun, untuk mencapai itu semua tidak bisa dalam jangka pendek.

“Maka, bagaimana kita merevitalisasi sektor manufaktur, bagaimana manufaktur itu punya pertumbuhan yang lebih tinggi sehingga dia bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Karena manufaktur terbesar kontribusinya pada PDB jadi kalau manufaktur tumbuh lebih cepat ekonomi juga akan tumbuh lebih cepat,” ucap Bambang. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

50 mins ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

3 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

4 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

4 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

7 hours ago

Strategi Asuransi Tri Prakarta Perkuat Layanan bagi Nasabah

Poin Penting Tri Pakarta merelokasi Kantor Cabang Pondok Indah ke Ruko Botany Hills, Fatmawati City,… Read More

7 hours ago