Keuangan

Bappebti: Pandemi COVID-19 Bawa ‘Berkah’ Pertumbuhan Aset Kripto di RI

Jakarta – Aset kripto merupakan salah satu bentuk investasi yang diminati banyak penduduk Indonesia. Menurut data dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), aset kripto menempati posisi ke-3 sebagai produk investasi yang paling digemari masyarakat Indonesia, di bawah reksadana dan bursa saham, dengan peminat mencapai 21,1 persen.

Pada Januari 2024 saja, sudah terdapat 18,83 juta pendaftar aset kripto, dengan 607 ribu pendaftar aktif. Pada Januari 2024 lalu, jumlah transaksi aset kripto pada mencapai Rp21,57 triiun, meningkat 77,69 persen dibanding Januari 2023.

Baca juga: Ternyata Ini Faktor Penyebab Harga Aset Kripto Susah Ditebak

Menurut Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya, pesatnya pertumbuhan transaksi aset kripto ini berawal dari pandemi COVID-19 yang sempat merebak pada awal 2021 silam.

“Pada saat COVID-19 memuncak, pada saat orang-orang keluar, rumah sakit penuh, seseorang memanfaatkan momen tersebut untuk memainkan (aset kripto) di platform digital,” tutur Tirta dalam webinar OJK Institute bertemakan “Peluang dan Tantangan Aset Digital di Indonesia”, Kamis, 14 Maret 2024.

Tirta berujar, transaksi aset kripto pada 2021 mencapai Rp859,4 triliun, tertinggi hingga saat ini. Bahkan, sempat ada transaksi yang totalnya mencapai Rp130 triliun, berlangsung pada April 2021.

Ini, menurut Tirta, menjadi titik awal merekahnya aset kripto sebagai salah satu instrumen investasi di Indonesia. Meskipun begitu, Tirta juga tidak memungkiri kalau ini terjadi karena adanya siklus 4 tahunan yang membuat aset kripto meroket.

“Tahun 2021 memang jadi posisi di mana aset kripto mengalami all time high. Etherium all time high, bitcoin juga all time high. Siklus 4 tahunannya itu tercapai, 1 tahun setelah halving,” kata Tirta.

Sebagai informasi, halving atau halvening merupakan pengurangan terencana dalam imbalan yang diterima oleh penambang koin kripto. Siklus ini disebut berlangsung tiap 4 tahun sekali.

Baca juga: Bitcoin Cetak Rekor Harga Tertinggi, Ternyata Ini Pemicunya

Dengan demikian, usai tingginya jumlah transaksi yang berlangsung pada 2021 silam, Bappebti mencatat adanya kontraksi seputar kegiatan aset kripto selama 2 tahun ke depan.

“Pada 2022, jumlah transaksi menurun menjadi Rp306,4 triliun, dan ke Rp149,3 triliun pada 2023. Ini karena pergerakan aset kripto mencapai titik yang paling rendah dibandingkan tahun 2021, sehingga transaksi mencapai yang paling rendah,” jelasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

9 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

9 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

9 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

11 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

11 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

14 hours ago