Internasional

Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga Acuan jadi 0,25 Persen

Jakarta – Bank Sentral Jepang mengumumkan telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,25 persen dari rentang sebelumnya 0 persen hingga 0,1 persen.

Hal tesebut ‘terpaksa’ dilakukan BoJ sebagai upaya menormalisasi kebijakan moneter di Negeri Sakura tersebut. Selain itu, bank sentral Jepang juga memutuskan rencana pengetatan kuantitatif yang akan mengurangi sekitar separuh pembelian obligasi bulanan menjadi 3 triliun yen, atau sekitar Rp320 triliun, dari 6 triliun yen saat ini, mulai Januari-Maret 2026.

“Kenaikan suku bunga sudah diperkirakan secara luas setelah media domestik melaporkan keputusan tersebut sebelumnya pada Selasa malam,” kata Stefan Angrick, ekonom senior di Moody’s Analytics dikutip dari BBC, 1 Agustus 2024.  

Baca juga: Bos BI Ramal Suku Bunga AS Turun Lebih Cepat di November 2024

“Tetapi langkah ini tidak nyaman karena buruknya data ekonomi dan kurangnya inflasi yang didorong oleh permintaan,” tambahnya.  

Diketahui, saat ini perekonomian Jepang menyusut 2,9 persen secara tahunan pada Januari hingga Maret 2024. Sementara, harga konsumen naik 2,6 persen pada Juni dibandingkan tahun sebelumnya. 

“Meskipun belanja konsumen lesu, pejabat moneter mengirimkan sinyal tegas dengan menaikkan suku bunga dan memungkinkan pengurangan neraca secara bertahap,” kata Frederic Neumann, Kepala Ekonom Asia di HSBC. 

“Jika tidak ada gangguan besar, BoJ akan melakukan pengetatan lebih lanjut, dengan kenaikan suku bunga lagi pada awal tahun depan,” tambahnya. 

Sebelumnya, pada Maret lalu, BoJ menaikkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya sejak tahun 2007. Keputusan ini menandakan, tidak ada lagi negara di dunia yang masih memiliki suku bunga negatif. 

Pada 2016, BoJ memangkas suku bunga utamanya di bawah nol sebagai upaya untuk menstimulus ekonomi yang stagnan.

Baca juga: Standard Chartered Ramal Suku Bunga BI Mulai Turun di Semester II 2024 

Ketika suku bunga negatif diberlakukan, orang harus membayar untuk menyimpan uang di bank. Hal ini telah digunakan oleh beberapa negara sebagai cara untuk mendorong masyarakat membelanjakan uangnya dibandingkan menyimpannya di bank. 

Selama pandemi lalu, bank sentral di seluruh dunia memangkas suku bunga sebagai upaya mereka untuk melawan dampak negatif penutupan perbatasan dan lockdown. Pada saat itu beberapa negara, termasuk Swiss dan Denmark, serta Bank Sentral Eropa, memberlakukan suku bunga negatif. (*)

Galih Pratama

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

16 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

16 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

16 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

18 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

18 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

21 hours ago