Jakarta – PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) mengumumkan laba bersihnya di Semester I 2017 mencapai Rp23,9 miliar atau mengalami peningkatan hingga 20 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama yakni sebesar Rp20 miliar.
Direktur Utama Bank Sampoerna, Ali Rukmijah mengatakan, peningkatan laba bersih tersebut ditopang oleh penyaluran kredit yang tercatat sebesar Rp6,1 triliun di Semester I 2017 atau mengalami pertumbuhan 15 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama.
“Secara keseluruhan, Bank Sampoerna berhasil mencapai hasil kinerja positif melalui penyaluran kredit secara berhati-hati. Kami mengajak seluruh karyawan untuk mewujudkan pertumbuhan bisnis yang bukan hanya cepat dan kuat, akan tetapi juga didukung dengan integritas dan kepatuhan terbaik,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa, 2 Agustus 2017.
Menurutnya, kredit terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tetap menjadi fokus utama Bank Sampoerna. Per akhir Juni 2017, kredit pada segmen UMKM mencapai Rp4,5 triliun atau sekitar 75 persen dari keseluruhan kredit yang disalurkan. Jumlah ini meningkat 25 persen dibandingkan dengan kredit ke sektor UMKM di Semester I 2016.
“Sementara kredit pada segmen non-UMKM, per Juni 2017 mencapai Rp1,5 triliun,” ucapnya.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Sampoerna tercatat sebesar Rp6,8 trililiun di Semester I 2017, atau meningkat 20 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama dengan rekening giro dan tabungan (Current Accounts and Saving Accounts/CASA) tumbuh 34 persen menjadi Rp943 miliar.
Dia merincikan, untuk dana tabungan tumbuh sebesar 42 persen (yoy) menjadi Rp719 miliar, sedangkan dana giro naik sebesar 15 persen (yoy) menjadi Rp224 miliar. Selain itu, deposito juga meningkat 18 persen (yoy) menjafi Rp5,9 triliun. Pertumbuhan CASA yang lebih tinggi dari deposito telah mendorong Ratio CASA menjadi 14 persen.
“Peningkatan DPK ini mencerminkan kepercayaan kepada nasabah tetap dipertahankan,” ucapnya.
Kemudian, lanjut dia, untuk rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) Bank Sampoerna berada pada level 3,66 (gross) pada akhir Juni 2017, menurun jika dibandingkan dengan posisi per akhir Juni 2016 sebesar 3,97 persen. Rasio NPL gross tersebut masih dalam di bawah tingkat yang ditetapkan regulator yakni 5 persen.
Dari sisi likuiditas Bank sebagaimana ditunjukkan dengan rasio kredit terhadap pendanaan (LDR), juga membaik. LDR tercatat sebesar 88,30 persen, menurun dibandingkan dengan rasio per Juni 2016 sebesar 90,78 persen. Hal ini didukung dengan tambahan modal yang berlangsung pada paruh pertama 2017. Dengan demikian rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/ CAR) mencapai 18,26 persen.
Kinerja perseroan yang positif itu, ikut mendongkrak total aset Bank Sampoerna yang sebesar Rp8,3 triliun atau meningkat 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp7 triliun. Rasio keuangan lainnya juga menunjukkan pencapaian yang baik. ROA (Return on Asset) sebesar 0,83 persen, dan ROE (Return on Equity) sebesar 4,34 persen.
“Memasuki semester II 2017, Bank Sampoerna akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola usaha dan dalam memanfaatkan berbagai peluang bisnis bagi pertumbuhan. Bank akan terus menyeimbangkan pertumbuhan bisnis yang berkualitas dengan potensi pasar yang ada,” tutup Ali. (*)
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More
Jakarta - Terdakwa Harvey Moeis dinyatakan bersalah atas tindak pidana korupsi pada penyalahgunaan izin usaha… Read More
Jakarta - PT KAI (Persero) Daop 1 Jakarta terus meningkatkan kapasitas tempat duduk untuk Kereta… Read More
Jakarta – Starbucks, franchise kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) tengah diterpa aksi pemogokan massal… Read More
Jakarta - Dalam rangka menyambut Natal 2024, Bank Mandiri menegaskan komitmennya untuk berbagi kebahagiaan melalui… Read More
Jakarta – Sejumlah bank di Indonesia melakukan penyesuaian jadwal operasional selama libur perayaan Natal dan… Read More