Poin Penting
Jakarta – Selama periode September 2024 sampai Oktober 2025, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebanyak 150 basis poin hingga mencapai 4,75 persen, angka terendah sejak 2022.
Sayangnya, langkah agresif BI tersebut belum “sejalan” dengan penurunan suku bunga kredit perbankan. Transmisi suku bunga kredit masih lamban. BI pun mendorong perbankan untuk melakukan transmisi suku bunga kredit.
Menanggapi transmisi kebijakan moneter tersebut, Division Head Consumer Lending Permata Bank, Haryanto menyatakan bahwa pihaknya masih terus mengamati tren suku bunga yang ada di pasar.
“Kami dari tren yang ada suku bunga di market itu tentu saja kami melakukan review secara berkala,” ujar Haryanto di Jakarta, Jumat, 21 November 2025.
Dari review tersebut, pihaknya akan menentukan apakah memang diperlukan adjustment terhadap suku bunga kredit. Ia mengakui jika pihaknya memang belum melakukan penurunan suku bunga kredit secara signifikan.
Baca juga: Laba Bank Permata Tumbuh 3,5 Persen Jadi Rp2,9 Triliun di Kuartal III 2025
Meskipun begitu, sudah ada beberapa sektor kredit yang dilakukan adjustment sesuai tren penurunan suku bunga acuan.
“Tergantung dari segmen masing-masing dan termasuk juga tergantung dari tingkat penurunan yang terjadi. Jadi, tidak bisa dipukul rata semua sama. Tapi, dari berbagai segmen itu, kami melakukan penyesuaian dan review secara menyeluruh,” jelasnya.
“Segmen yang sudah turun itu adalah untuk kredit modal usaha. Contohnya itu kami juga sudah melakukan review dan juga penyesuaian terhadap segmen-segmen tertentu di dalam kredit modal usaha itu,” sambung Haryanto.
Diketahui, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 18-19 November 2025.
Selain itu, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap berada pada 3,75 persen, sementara Lending Facility dipertahankan di posisi 5,50 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa keputusan ini konsisten dengan fokus rencana jangka pendek pada stabilitas nilai tukar rupiah, serta menarik masuk aliran investasi asing di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Baca juga: Permata Bank Bidik Pembiayaan KKB Rp100 Miliar lewat GJAW 2025
BI pun masih membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan ke depannya. Namun, penurunan suku bunga acuan itu mempertimbangkan beberapa hal, seperti tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang terkendali, serta efektivitas transmisi kebijakan moneter kepada pihak perbankan, utamanya soal penurunan suku bunga kredit.
“Bagaimana kelonggaran dari ekspansi moneter, termasuk juga tambahan dana Rp 200 triliun dari Pak Menteri Keuangan, mendorong kredit dan juga pertumbuhan ekonomi,” ucap Perry beberapa waktu lalu. (*) Steven Widjaja
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More