News Update

Bank Mega Bukukan Laba Rp3,01 Triliun, Tumbuh 50% pada 2020

Jakarta — PT Bank Mega Tbk mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2020, dengan perolehan laba bersih sebesar Rp3,01 triliun, atau meningkat 50% dari Rp2 triliun pada 2019. 

Direktur Utama Bank Mega, Kostaman Thayib menjabarkan, kenaikan laba bersih perseroan dimotori benerapa faktor kendati penyaluran kredit turun 6%. “Jadi otomatis income dari bunga kredit menurun, betul. Tapi Bank Mega berusaha menutupinya dengan interest income dari surat berharga yang dimiliki oleh Bank Mega, yaitu terutama surat berharga negara (SBN),” ujarnya dalam dialog secara daring di Jakarta, Rabu (17/2/2021). 

Dalam kondisi over likuiditas seperti ini, lanjutnya, Bank Mega berusaha juga menurunkan cost of fund atau biaya dana. Menurut Kostaman, kombinasi dari pendapatan bunga SBN dan penurunan cost of fund membuat pendapatan bunga bersih atau net interest income Bank Mega masih tumbuh Rp330 miliar, atau meningkat 9,2% menjadi Rp3,9 trilun dibanding tahun 2019 yang sebesar Rp3,58 triliun.

“Kemudian pendapatan yang lain juga cukup digenjot oleh Bank Mega, yaitu pendapatan dari fee based income. Dalam situasi seperti ini juga kita bisa mendapatkan fee based income, tadi saya katakan tumbuh Rp600 miliar atau 26% (menjadi Rp2,9 triliun),” paparnya. 

Dia menambahkan, untuk meningkatkan profit, salah satu unsur yang penting adalah biaya operasional, yang diklaimnya berhasil diturunkan perseroan sebesar Rp327 miliar, atau membaik 9,5%. “Kombinasi seperti ini lah bagaimana kita meningkatkan pendapatan dan bagaimana kita menghemat dari sisi biaya operasional. Nah ini yang menyebabkan keuntungan Bank Mega bisa naik Rp1 triliun di tahun yang lalu,” tutur Kostaman. 

Dari sisi aset, total aset perseroan mencapai Rp112,2 triliun atau naik 11% dibanding tahun 2019 sebesar Rp100,8 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 9% menjadi Rp79,19 triliun dari posisi tahun 2019 sebesar Rp72,8 triliun. Dari sisi komposisi, Deposito masih mendominasi Dana Pihak Ketiga yaitu sebesar 72%, disusul oleh Tabungan sebesar 17% dan giro sebesar 11%.

Kelesuan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, mengakibatkan kredit kepada pihak ketiga Bank Mega mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 6% menjadi Rp48,5 triliun dari Rp51,0 triliun pada tahun 2019. Secara komposisi, kredit korporasi masih tumbuh positif dibandingkan segmen lainnya, yaitu sebesar 55% menjadi Rp26,2 triliun. Namun dari sisi NPL membaik menjadi 1,39% dibanding 2,46% pada 2019. (*)

Paulus Yoga

Recent Posts

Harga Saham RATU, KSIX, dan YOII Kompak Hijau Usai IPO, Ada yang Sentuh ARA

Jakarta - Harga saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Kentanix Supra International Tbk… Read More

30 mins ago

Cadangan Devisa RI Naik jadi USD155,7 Miliar di Desember 2024

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mancatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 sebesar USD155,7 miliar. Angka… Read More

37 mins ago

Siap Majukan Basket Nasional, Bank Mandiri Resmi Jadi Mitra Utama IBL 2025

Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, Bank Mandiri terus berkomitmen mendukung pengembangan olahraga nasional. Mengawali… Read More

45 mins ago

OJK Catat 11 Fintech P2P Lending Belum Penuhi Ekuitas Minimum

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada 11 dari 97 penyelenggara fitench peer to… Read More

47 mins ago

Bukalapak “Tutup Lapak” Layanan Marketplace

Jakarta – Bukalapak menutup layanan penjualan untuk semua produk fisik di marketplace, mulai Selasa (7/1).… Read More

1 hour ago

Utang Warga RI di Fintech P2P Lending Tembus Rp75,60 Triliun per November 2024

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pembiayaan industri fintech peer to peer (P2P)… Read More

2 hours ago