Moneter dan Fiskal

Bank Mandiri Proyeksikan Defisit Transaksi Berjalan di 2023 Masih Terkendali

Jakarta – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca transaksi berjalan pada tahun 2023 akan mengalami defisit. Pihaknya pun terus mengantisipasi bahwa neraca transaksi berjalan Indonesia akan berubah menjadi defisit yang terkendali sekitar -1,10% dari PDB pada tahun 2023, dibandingkan 1,00% dari surplus PDB pada tahun 2022.

Faisal menambahkan, sesuai dengan proyeksi bawha pertumbuhan ekspor cenderung menurun akibat penurunan harga komoditas, didorong oleh permintaan global yang melambat di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung.

“Kami masih melihat bahwa surplus perdagangan cenderung menyusut ke depan, tetapi itu bisa bertahan lebih lama dari yang diperkirakan karena penurunan harga komoditas akan lebih bertahap, berkat pembukaan kembali ekonomi China dan kondisi yang lebih baik dari perkiraan di kawasan Euro,” ungkap Faisal dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 15 Maret 2023,

Lanjutnya, ketidakpastian akan menyelimuti kinerja impor tahun ini. Bank Mandiri tetap memperkirakan bahwa pertumbuhan impor nantinya dapat membaik karena permintaan domestik cenderung terus menguat, menyusul pencabutan PPKM pada akhir tahun 2022 dan keputusan untuk melanjutkan Proyek Strategis Nasional.

“Namun, kami mengantisipasi risiko penurunan pertumbuhan impor di tengah harga minyak yang lebih rendah dan ekspor yang lebih rendah. Beberapa bahan baku untuk menghasilkan barang ekspor diperoleh dari impor,” ujarnya.

Seperti diketahui, BPS mencatat pada Februari 2023, nilai ekspor sebesar US$21,40 miliar atau turun -4,15% MoM dibandingkan bulan sebelumnya pada Januari 2023 yang sebesar US$22,32 miliar. Sementara itu, nilai impor juga menurun menjadi US$15,92 miliar pada Februari 2023 atau turun -13,68% MoM dibandingkan Januari 2023 US$18,44 miliar.

Sedangkan, untuk neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2023 kembali mencatatkan surplus, yakni US$5,48 miliar, dimana surplus selama 34 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. (*)

Irawati

Recent Posts

Siap-Siap! Transaksi E-Money dan E-Wallet Terkena PPN 12 Persen, Begini Hitungannya

Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More

36 mins ago

Kemenkraf Proyeksi Tiga Tren Ekonomi Kreatif 2025, Apa Saja?

Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More

46 mins ago

Netflix, Pulsa hingga Tiket Pesawat Bakal Kena PPN 12 Persen, Kecuali Tiket Konser

Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More

2 hours ago

Paus Fransiskus Kembali Kecam Serangan Israel di Gaza

Jakarta -  Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More

2 hours ago

IHSG Dibuka Menguat Hampir 1 Persen, Balik Lagi ke Level 7.000

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More

3 hours ago

Memasuki Pekan Natal, Rupiah Berpotensi Menguat Meski Tertekan Kebijakan Kenaikan PPN

Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More

3 hours ago