Jakarta – Bank Indonesia (BI) menegaskan, keberadaan BI-Fast tidak akan mematikan bisnis Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran (PI), seperti perusahaan-perusahaan switching. Perusahaan switching akan tetap memiliki ceruk pasar. Bahkan, pasarnya bisa lebih luas bila didorong dengan inovasi bisnis dan digitalisasi.
“Perusahaan switching itu lebih banyak melakukan kliring dan settlement untuk transaksi menggunakan kartu. Baik kartu debet, kartu kredit. Saat ini kita menambah bisnis lainnya dengan QRIS yang diselesaikan dengan switching. Data kami yang terakhir memperlihatkan bisnis dari switching ini tahun 2021 meningkat. Baik dari sisi aset maupun profit,” jelas Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Filianingsih Hendarta menjawab pertanyaan Infobank dalam Taklimat Media Tentang Akselerasi Implementasi BI-Fast, Kamis, 2 Juni 2022.
Ke depan, peluang bagi perusahaan switching masih terbuka. Apalagi dengan adanya QRIS cross border dan uang elektronik nantinya ada bisnis yang bisa digarap penyelenggara switching.
“Jadi, sebagai prinsip dasar di era digitalisasi, kita harus inovatif. Orang yang punya bisnis tidak bisa di comfort zone (zona nyaman) karena industrinya sudah berubah. Harus inovatif dan aktif mencari bisnis baru,” tegas Fili.
Namun menurut seorang pakar payment sistem yang tak mau disebut namanya, penjelasan Bank Indonesia tidak sepenuhnya akurat. Karena data dan fakta menunjukkan mayoritas bank sentral tidak menjadi operator Fast Payment.
Sedangkan terkait switching, BI-Fast fase 1,2, dan 3 jelas-jelas duplikasi dengan switching dan mengambil pangsa pasar Switching.
“Jelas saja transaksi Switching saat ini belum signifikan terpengaruh karna belum semua bank terkoneksi ke BI-Fast dan bank besar baru membuka BI-Fast di channelnya pada bulan April atau Mei. Bulan Mei atau Juni baru bisa kita nilai level dampaknya,” kata seorang pengamat payment sistem kepada Infobank.
Sebagai informasi, BI terus berupaya mengakselerasi implementasi BI-Fast. Hingga saat ini, sudah ada 52 peserta BI-Fast yang teridiri dari bank dan non bank. Ke-52 peserta tersebut mewakili sekitar 82% dari pangsa sistem pembayaran ritel nasional.
Adapun dalam penyediaan infrastruktur BI-Fast, ada 4 alternatif yang diberikan BI untuk peserta, yakni independen dalam artian peserta menyediakan infrastruktur secara mandi, sharing infrastruktur fisik antar peserta dalam group afiliaisi atau peserta lain/pihak ketiga, sharing multitenancy dengan pihak ketiga, dan API gateaway. Para penyelenggara switching pun bisa ambil bagian di penyediaan infrastruktur dengan menjalin kolaborasi dengan peserta BI-Fast. (*) Ari Astriawan
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More