News Update

Bank Harus Naik Kelas Untuk Hadapi Industri 4.0

Jakarta – Revolusi industri 4.0 sudah di depan mata. Mau tidak mau, banyak sektor harus menyesuaikan dengan kondisi kemajuan teknologi tersebut, termasuk perbankan.

Namun bagaimana kesiapan perbankan menghadapi revolusi industri 4.0? Jika melihat peta kekuatan perbankan, bos Teradata Megah, Sandford Jonathan mengatakan, di era revolusi Industri 4.0 perbankan butuh sebuah keleluasaan.

Pasalnya, di era teknologi yang semakin berkembang, bank yang bergerak cepat dan lincah dalam mengikuti alur perkembangan jamanlah yang  bisabisa bert menghadapi era revolusi 4.0.

Melihat hal itu, tentunya Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan 4 yang sudah cukup siap menghadapi revolusi Industri 4.0. Karena dinilai memiliki gerak cukup leluasa dalam mengembangkan bisnis secara cepat. Sementara bank BUKU 1 dan 2 butuh upaya lebih keras, untuk mengembangkan bisnisnya.

“Selama bank masih dibatasi, saya melihatnya agak susah. Khususnya bank BUKU 1 dan 2,” jelas Sandford kepada Infobank, di Jakarta, Rabu, 27 Febuari 2019.

Seperti diketahui, rung lingkup kegiatan bank BUKU 1 dan 2 memang terbatas. Untuk BUKU 2, hanya menjalankan kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana, pembiayaan perdagangan (trade finance), kegiatan treasury secara terbatas, keagenan dan kerja sama, sistem pembayaran dan electronic banking, serta kegiatan penyertaan modal dan kegiatan penyertaan modal sementara.

Disisi lain kegiatan bank BUKU 1 lebih terbatas lagi seperti kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana, pembiayaan perdagangan (trade finance).Kegiatan dengan cakupan terbatas buat keagenan dan kerja sama, sistem pembayaran dan electronic banking dengan cakupan terbatas, penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan kredit dan perdagangan valuta asing.

Oleh sebab itu, ia mengungkapkan perlu ada upaya yang harus dilakukan perbankan, khususnya bank BUKU 1 dan 2 agar bisa leluasa.

Sehingga merger pun menjadi salah satu solusi agar bank kategori BUKU 1 dan 2 bisa lebih kuat lagi dalam menghadapi persaingan kedepan.

“Kalau perlu kawin paksa. Karena kalau tidak, kedepan bisa jadi masalah baru. Saya melihat bank BUKU 1 dan 2 itu untuk maju akan susah,” jelasnya. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

10 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

12 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

14 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

15 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

15 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

17 hours ago