Analisis

Bank Dinilai Lambat Turunkan Bunga Kredit, Ini Penyebabnya

Bandung – Bank Indonesia (BI) menilai, butuh waktu panjang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya sebagai bentuk respon penurunan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate. Sejak awal 2016 hingga September 2017 , BI 7-day Reverse Repo Rate sudah turun  sebanyak 175 basis points (bps) menjadi 4,25 persen.

Penurunan ini tak serta merta mampu memangkas suku bunga pebankan. Pada periode tersebut, perbankan baru menurunkan suku bunga kreditnya sebanyak 115 bps.

Demikian disampaikan oleh Deputi Gubernur BI, Erwin Rijanto di Bandung, Rabu, 27 September 2017. Menurutnya, penurunan suku bunga kredit perbankan tidak bisa secepat seperti penurunan suku bunga deposito. Pasalnya, suku bunga kredit memiliki tenor yang lebih panjang bila dibandingkan dengan tenor suku bunga deposito yang tergolong lebih pendek.

“Semuanya itukan butuh waktu, time leg yaa, karena misalnya kalian lihat deposito dibandingkan kredit itu terjadi perbedaan. Mereka kan gak mungkin langsung merubah‎. Kredit itu jangka panjang, gak bisa langsung turun. Jadi ini time leg-nya bisa 1 tahun. Dia menurunkan secara bertahap,” ujar Erwin.

Di sisi lain, kata dia, suku bunga kredit di Indonesia sulit mengalami penurunan karena terdapat beberapa biaya yang harus ditanggung bank dalam menyalurkan kredit, seperti biaya operasional (overhead cost). Dia mengungkapkan, jika biaya operasional perbankan mengalami peningkatan, maka sulit bagi bank untuk bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Hal ini yang masih menjadi kekhawatiran perbankan.

“Kalau overhead cost-nya meningkat ya mungkin suku bunga kreditnya gak bisa turun terlalu jauh, kenapa? Salah satu diantaranya adalah kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPL) meningkat. Jadi yang kita perlukan adalah dari sisi rata-rata cost of fund-nya Itu turun, tapi dari sisi overhead-nya bisa dipertahankan yang sama,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Gubernur BI, Agus DW Martowardojo berharap, dengan sudah diturunkannya suku bunga acuan sebanyak 175 bps, perbankan dapat segera meresponnya dengan menurunkan suku bunga kredit yang saat ini baru menurunkan sebanyak 115 bps. Agus menilai bahwa suku bunga kredit memang terasa lebih lambat penurunannya dibandingkan dengan suku bunga deposito. “Kita ingin supaya bunga kredit perbankan dapat turun lebih cepat,” katanya.

Page: 1 2

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

BTN Housingpreneur Jadi Stimulan Ekosistem Perumahan di Indonesia

Suasana foto bersama saat kick off BTN Housingpreneur dalam acara Roadshow BTN Housingpreneur di Gelanggang… Read More

42 mins ago

Kadin Segera Rilis White Paper, Berikut Usulan Agar Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen

Jakarta - Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia akan segera merilis White Paper Arah… Read More

2 hours ago

Mobil Dinas Pejabat Bakal Diasuransikan Pakai APBN, OJK Beri Respons Begini

Jakarta – Pemerintah berencana mengasuransikan seluruh kendaraan atau mobil dinas pejabat dengan premi yang akan dibayarkan melalui… Read More

13 hours ago

Begini Strategi GoSend Dorong UMKM Naik Kelas di 2025

Jakarta – GoSend, layanan pengiriman barang dari Gojek membeberkan tiga jurus jitu dalam mendukung UMKM… Read More

13 hours ago

Waskita Karya Garap 12 Proyek di IKN, Nilainya Capai Rp8,1 Triliun

Jakarta - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) tengah menggarap 12 proyek di Ibu Kota… Read More

15 hours ago

OJK Sebut DPLK Jiwasraya dalam Proses Pemindahan Portofolio ke IFG Life

Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, mengungkapkan… Read More

16 hours ago