CETAK duit. Ide cetak duit datang dari politisi. Juga, “didukung” oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pro kontra cetak duit belum reda, meski Bank Indonesia (BI) sendiri sudah jauh-jauh hari memberi “sinyal” tidak akan mencetak uang.
Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengusulkan untuk mencetak uang Rp400 triliun-Rp600 triliun, tapi Gita Wirjawan, petinggi Kadin, mengusulkan Rp4.000 triliun. Dahsyat! Bagaimana episode selanjutnya?
Ada baiknya perlu mendengar alasan dari para politisi soal cetak-mencetak duit ini. Di tengah pandemi COVID-19, muncul opsi untuk mengambil kebijakan mencetak uang atau money printing yang bisa dilakukan BI. Langkah ini, kata politisi, bisa diambil untuk menyelamatkan ekonomi nasional.
Lalu bagaimana pendapat mereka soal cetak duit ini? Dan apa saja dampak yang ditimbulkan bila langkah ini diambil? Semua diulas tuntas di Majalah Infobank Edisi Juni 2020. (*)
Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengapresiasi kinerja pelaku bank perekonomian rakyat (BPR) dalam meningkatkan… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit melambat. Pada Maret 2025 kredit perbankan tumbuh sebesar 9,16 persen… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan sedikit berada di… Read More
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini, Rabu, 23 April 2025 kembali… Read More
Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp14,1 triliun… Read More
Jakarta - Ajaib Kripto mencatat harga Bitcoin (BTC) kembali mencatatkan pemulihan. Berdasarkan data perdagangan Selasa,… Read More