News Update

Awas! Perlambatan Kredit di Tengah Resesi

Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doddy Budi Waluyo mengingatkan kepada perbankan untuk tetap waspada menghadapi tantangan perlambatan ekonomi nasional khususnya bagi penyaluran kredit. Dody menilai ekonomi yang terkontraksi cukup dalam di -5,32% pada Kuartal II-2020 masih berdampak pada lambatnya penyaluran kredit hingga beberapa bulan kedepan.

Hal tersebut disampaikan Dody pada saat menghadiri Webinar Kick Off West Java Economic Society (WJES) 2020. Menurutnya, resesi ekonomi nasional tak bisa dihindarkan ditengah Pandemi, namun dirinya tetap optimis ekonomi masih akan membaik di kuartal berikutnya.

“Ada tantangan penyaluran kredit yang masih minim, sebab rendahnya permintaan domestik sejalan dengan sektor korporasi dan rumah tangga yang masih rendah dan kehati hatian industri perbankan akibat pandemi masih berlanjut,” kata Dody melaui video conference di Jakarta, Rabu 23 September 2020.

Meski begitu, kata dia, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, kendati risiko dari meluasnya dampak COVID-19 terhadap stabilitas sistem keuangan terus dicermati. Hal tersebut tercermin dari Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan hingga Juli 2020 tetap tinggi yakni 22,96%, dan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tetap rendah yakni 3,22% (bruto) dan 1,15% (neto).

“Sistem keuangan masih terus terjaga meskipun dilihat risiko penularan covid-19 ke sektor keuangan terus diwaspadai dari waktu ke waktu,” tambah Dody.

Dody melihat, fungsi intermediasi dari sektor keuangan masih lemah akibat pertumbuhan kredit yang terbatas sejalan permintaan domestik yang belum kuat karena kinerja korporasi yang tertekan dan kehati-hatian perbankan akibat berlanjutnya pandemi COVID-19.  Sebagai informasi saja, pertumbuhan kredit pada Agustus 2020 tercatat rendah sebesar 1,04% (yoy), sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat 11,64% (yoy) pada Agustus 2020.

Selain itu, BI sebelumnya juga mencatat total restrukturisasi kredit perbankan hingga Agustus 2020 telah mencapai 18,64% dari total kredit, ditopang likuiditas yang terjaga. Berbagai perkembangan ini, disertai akselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) antara lain melalui penguatan penjaminan kredit oleh Pemerintah, diharapkan dapat mendorong fungsi intermediasi perbankan. Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit guna mengakselerasi pemulihan ekonomi. (*)

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

OJK Sebut Rencana BTN Akuisisi Bank Syariah Masih Evaluasi Internal

Jakarta – Rencana aksi korporasi BTN untuk mengakuisisi bank syariah lain masih belum menemukan titik terang. Otoritas… Read More

1 hour ago

DPLK AXA Mandiri Jalin Kerja Sama Strategis

Suasana saat penandatanganan strategis antara Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT AXA Mandiri Financial Services (DPLK… Read More

2 hours ago

Ini Dia Perusahaan Jumbo yang Bakal IPO di Akhir 2024

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kedatangan satu perusahaan dengan kategori lighthouse yang… Read More

2 hours ago

BRI Sebut KUR Tak Masuk Kriteria PP Hapus Tagih Utang UMKM, Begini Penjelasannya

Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyatakan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang… Read More

3 hours ago

Dua Produk Ini Topang Kinerja Zurich Topas Life di September 2024

Jakarta - Zurich Topas Life berhasil mencatat kinerja yang solid hingga September 2024, dengan kontribusi… Read More

3 hours ago

Jangan Terkecoh! Ini 5 Perbedaan Utama Judi Online vs Investasi Menurut BNI Sekuritas

Jakarta - Fenomena judi online (judol) di Indonesia kian marak, ditandai dengan lonjakan transaksi hingga… Read More

4 hours ago