Jakarta – Nilai tukar rupiah mencatatkan penguatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan, Senin, 18 November 2024, pagi. Rupiah dibuka di posisi Rp15.870 per dolar AS, naik dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di level Rp15.874.
Penguatan rupiah ini terjadi seiring pelemahan indeks dolar AS pada awal pekan.
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yg terpantau terkoreksi pagi ini,” ujar Analis Pasar Uang, Lukman Leong, Senin, 18 November 2024.
Baca juga: Dolar Menguat, Rupiah Tertekan ke Rp15.938 Imbas Sikap The Fed
Menurut Lukman, dolar AS melemah akibat aksi ambil untung (profit taking) pelaku pasar setelah sebelumnya mengalami kondisi “overbought.”
Istilah “overbought” merujuk pada kondisi di mana harga aset, dalam hal ini dolar AS, telah mengalami kenaikan signifikan hingga mencapai titik jenuh. Sentimen ini didorong oleh kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS yang sebelumnya mengangkat nilai dolar.
Sementara itu, penguatan rupiah juga didukung data ekonomi China yang menunjukkan peningkatan penjualan ritel pada Oktober 2024. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa data tersebut memicu sentimen positif di kawasan Asia.
“Data China ini meningkatkan optimisme di kawasan Asia mengenai pemulihan ekonomi China, yang pada gilirannya memicu sentimen risk-on,” jelas Josua.
Menurut Josua, optimisme tersebut memberikan angin segar bagi mata uang regional, termasuk rupiah, meskipun volatilitas pasar global masih tinggi.
Baca juga: Pekan Kedua November, Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp7,42 Triliun
Dari sisi global, perhatian pasar juga tertuju pada kebijakan Federal Reserve (The Fed). Presiden Fed Boston, Susan Collins, mengungkapkan bahwa pemotongan suku bunga pada Desember 2024 masih menjadi opsi, meskipun pendekatannya akan lebih hati-hati.
Pernyataan itu diamini oleh Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, yang memproyeksikan bahwa suku bunga kebijakan The Fed dalam 12–18 bulan ke depan akan berada pada level lebih rendah.
Namun, Goolsbee juga mencatat bahwa laju pemotongan suku bunga mungkin lebih lambat dari yang diharapkan. Hal ini menimbulkan ekspektasi bahwa The Fed akan kurang agresif dalam pelonggaran kebijakan pada 2025.
Josua Pardede memprediksi nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.825 hingga Rp15.950 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini.
Meski ada peluang penguatan, rupiah tetap menghadapi tantangan dari sentimen global, termasuk kebijakan The Fed dan langkah-langkah kebijakan yang diambil pemerintahan AS yang baru.
Baca juga: Serius Berantas Korupsi, Presiden Prabowo Perlu Lakukan Empat Jurus Ini
Pada pekan lalu, rupiah melemah 1,17 persen secara mingguan akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap kebijakan ekonomi presiden terpilih Donald Trump serta penurunan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Meski demikian, perkembangan positif dari kawasan Asia dan stabilitas kebijakan dalam negeri diharapkan dapat menjadi penopang penguatan rupiah dalam beberapa waktu mendatang. (*)
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti pentingnya peningkatan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia… Read More
Bandung - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mengambil langkah agresif untuk mengatasi… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami penurunan sebesar 1,73 persen di… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang signifikan pada periode pekan lalu… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun… Read More