Lebih lanjut dia menambahkan, dalam penerapan redenominasi, pemerintah perlu mengeluarkan anggaran besar di tengah kondisi anggaran negara yang masih dibayangi oleh defisit. Padahal, belum lama ini BI baru saja menerbitkan uang rupiah emisi baru.
“Biayanya mahal untuk melakukan redenominasi, padahalkan kita baru saja mengeluarkan mata uang baru, nah ini otomatiskan bikin uang baru lagi kalau redenominasi. Kalo saya sih lebih banyak ke pertimbangan ekonomisnya,” tegasnya.
Baca juga: DPR Beri Sinyal Redenominasi Masuk Prolegnas Tahun Ini
Namun demikian, dirinya tetap mendukung wacana pemerintah dan BI terkait dengan penyederhanaan nominal rupiah tersebut. Menurutnya, saat ini jumlah nol dalam mata uang rupiah masih terlalu banyak, sehingga perlu disederhanakan seperti mata uang di negara lain.
“Sebenarnya kita sepakat ya pada redenominasi. Karena kan sekarang nilai tukar kita paling besar nominalnya. Kalau pertimbangan prinsip sih saya setuju karena ke depan kita harus sama lah dengan mata uang lain,” tutupnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Poin Penting Tri Pakarta merelokasi Kantor Cabang Pondok Indah ke Ruko Botany Hills, Fatmawati City,… Read More
Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dengan menghadirkan Livin’ Fest… Read More
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More