Lebih lanjut dia menambahkan, dalam penerapan redenominasi, pemerintah perlu mengeluarkan anggaran besar di tengah kondisi anggaran negara yang masih dibayangi oleh defisit. Padahal, belum lama ini BI baru saja menerbitkan uang rupiah emisi baru.
“Biayanya mahal untuk melakukan redenominasi, padahalkan kita baru saja mengeluarkan mata uang baru, nah ini otomatiskan bikin uang baru lagi kalau redenominasi. Kalo saya sih lebih banyak ke pertimbangan ekonomisnya,” tegasnya.
Baca juga: DPR Beri Sinyal Redenominasi Masuk Prolegnas Tahun Ini
Namun demikian, dirinya tetap mendukung wacana pemerintah dan BI terkait dengan penyederhanaan nominal rupiah tersebut. Menurutnya, saat ini jumlah nol dalam mata uang rupiah masih terlalu banyak, sehingga perlu disederhanakan seperti mata uang di negara lain.
“Sebenarnya kita sepakat ya pada redenominasi. Karena kan sekarang nilai tukar kita paling besar nominalnya. Kalau pertimbangan prinsip sih saya setuju karena ke depan kita harus sama lah dengan mata uang lain,” tutupnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More