Moneter dan Fiskal

AS Gagal Bayar Utang, jadi Kado Terindah China dan Rusia

Jakarta – Kekacauan yang terjadi apabila Amerika Serikat (AS) gagal membayar utangnya bisa menjadi menjadi kado terindah bagi musuh-musuh AS seperti China dan Rusia.

Para pejabat AS memperingatkan kedua negara adidaya tersebut bisa memanfaatkan ‘kekacauan’ tersebut di tengah kebuntuan antara Presiden AS Joe Biden dan Partai Republik dalam mendapatkan persetujuan Kongres untuk menaikkan batas pagu utang.

“Mereka akan menyukai ini. Mereka suka melihat kekacauan dalam sistem Amerika. Mereka senang melihat kita tidak dapat melakukan tugas-tugas kita yang mendasar,” ungkap Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran AS Shalanda Young, seperti dikutip VOA, Senin, 8 Mei 2023.

Setidaknya kata dia, kondisi ini menjadi ujian perihal apa yang berhasil di dunia. apakah demokrasi masih berfungsi dengan baik atau cara China yang berhasil.

Di sisi lain, kegagalan AS  membayar utang tentu saja akan menimbulkan shockwave alias gelombang kejut terhadap kondisi keuangan dunia. Di mana, China dan Rusia bisa meraup keuntungan dengan melakukan kampanye disinformasi yang disebarkan melalui media sosial.

“Rusia dan China akan sama-sama menggembar-gemborkan kegagalan demokrasi Amerika dalam upaya untuk menyatakan bahwa sistem pemerintahan mereka lebih baik daripada sistem kita. Kemungkinan gagal bayar ini pasti akan dimainkan dalam narasi seperti itu,” ungkap Ilmuwan Perilaku Senior RAND Corporation sekaligus Pakar Disinformasi Todd Helmus.

Ia menilai, kedua negara tersebut kerap kali menyebarluaskan konten tersebut dengan melakukannya melalui berbagai saluran dengan cara yang setidaknya semi terkoordinasi.

Misalnya saja, pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama pada saat pemungutan suara untuk meningkatkan pagu utang negara merupakan hal yang rutin dilakukan.

Kongres telah menyetujui kenaikan plafon utang sebanyak 78 kali sejak tahun 1960 – 49 kali di bawah kepresidenan Partai Republik dan 29 kali di bawah kepresidenan Partai Demokrat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemungutan suara itu semakin bersifat partisan,

“Jika Kongres tidak menyetujui kenaikan pagu utang dalam beberapa minggu ke depan, Amerika Serikat akan gagal membayar utang-utangnya. Itu tidak pernah terjadi dalam sejarah Amerika,” jelasnya.

Partai Republik berkukuh bahwa anggaran belanja pemerintah federal harus dipangkas jika ingin mereka menyetujui kenaikan pagu utang. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

7 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

7 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

9 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

9 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

10 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

11 hours ago